Pages

Friday 21 October 2016

Our Anniversary - Tale As Old As Time

I do love talking about my wedding. Meski udah lewat setahun, rasanya nggak pernah basi, deh. Mulai dari rekomendasi vendor, rempongnya persiapan sebelum hari H, sampe pengalaman deg-degan mau muntah pas di make up subuh-subuh. Hihi.

Pasutri lain pun pasti setuju, wedding day itu emang salah satu momen paling berkesan dalam hidup. Makanya kami doyan nostalgia tentang hari pernikahan.

I love my wedding. I really do.

Emang siapa sih, yang enggak? Yakan?

Tapi, kadang gue kepikiran, IF you could, ada nggak sih, yang mau diubah dari keseluruhan pesta pernikahan? Gue, tentunya ada.

These are the thing that I probably change, if I could turn back time:

The Reception

Gue dan Roy itu sebenernya introvert banget lho. Kami sama-sama kurang nyaman ada di kerumunan orang yang nggak kami kenal, apalagi jadi pusat perhatian. Inilah kenapa gue lebih suka pesta pernikahan gaya bule, yang umumnya digelar di taman, tanpa segambreng jadwal acara. Boleh mingle, makan, dan joget aja sesuka hati!

Lagipula, lebih hemat, nggak sih? Uangnya bisa dipake untuk honeymoon atau nyicil beli perabot rumah, kan.

Tapi dengan pertimbangan orang tua, ide gue hampir nggak mungkin terlaksana. Secara ada budaya yang kudu kami sesuaikan. Demi menghormati kedua orang tua kami, gue ikhlas, kok.

Cuma, if it's up to me, pinginnya sih resepsinya nggak usah gede dan mewah. Sederhana dan santai aja, di mana tamunya juga cuma keluarga dan orang-orang terdekat kami berdua.

The Documentation

Janji deh, kalo boleh ngulang, nggak bakalan lagi pelit-pelit di area ini.

Gue nyesel banget nolak ketika ditawarin untuk upgrade paket dengan menambah additional kamera dan video. Waktu itu, berhubung budget yang cukup tight, gue dan Roy memutuskan untuk stick dengan satu kamera dan satu video. Eh ternyata, kuraang banget. Walhasil banyak momen yang akhirnya miss dan kelewat untuk diabadikan. Huhu.

Nanya-nanya sama temen, kayaknya emang minimal ada dua kamera dan satu video deh, untuk hari H. Kalo bisa lebih, bagus. Tapi jangan kurang dari itu.

Trus, kali ini, pengennya pake vendor dokumentasi yang profesional, nggak rese, dan friendly. Sekali lagi, nggak apa-apa deh, kalo gue harus merogoh kocek lebih dalem. Ketimbang gondok berkelanjutan, kan?

Temen-temen yang udah baca ini, mungkin udah tau ya, betapa keselnya gue sama Aries Pangestu Photography, vendor dokumentasi hari H kami. Selain tenaga fotografernya yang gue curigai cabutan, baru-baru ini, mereka berulah lagi dengan menggunakan lagu Happy Ending-nya Avril Lavigne sebagai backsound di video nikahan gue. Bok, liriknya dibaca dulu nggak sih? Apa emang niat nyumpahin?

Udah gitu, PIC kami di APP dengan santainya bilang bahwa mereka nggak bisa ngeditin itu video. Jadi kami kudu pasrah aja, gitu. Nurut nganaaa, gue mau? Nggak lah yaw. *samperin ke kantornya dengan murka membara*

Akhirnya dibenerin sih. Tapi tetep aja gue udah kadung dongkol.

The Wedding Cake



Yang Roy dan gue potong di hari pernikahan kami mah, namanya bukan kue. Wong itu cuma baskom plastik yang ditumpuk-tumpuk kemudian dilapisin krim, kok. (jahaaat...)

Eh tapi beneran lho. Lagi-lagi karena kepentok tradisi, meski enggan, gue kudu setuju menyewa 'wedding cake' yang tinggi menjulang padahal nggak bisa dimakan. Mana mahalnya ampun-ampunan. Dih syebel.

Hati ini sih, kepinginnnya mah kue yang sederhana, tapi asli. Nggak usah gede-gede, tapi enak dan beneran. Lagian emang kita kuda lumping, apa, disuruh ngunyah plastik?

The Vow

Lahir dan bertumbuh dalam komunitas Gereja membuat gue paham betul, bahwa janji pernikahan kami emang udah ada template-nya. Not that I don't like it, though. It was beautiful. Satu-satunya yang terasa mengganjal adalah, it wasn't very personal. Ya gimana mau personal, orang semua pasangan janjinya sama?

Sedangkan gue dan Roy adalah pasangan yang cenderung nyebelin dan sok eksklusif. Kami syebel berat kalo musti sama dengan orang lain. Maunya yunik dan pribadi, dong!

Tapi, daripada nggak jadi diberkati, akhirnya kami nurut. Ngapalin janji nikah siang dan malam, kemudian mengucapkannya dengan lantang di depan altar.

Meski sampe sekarang, kalo nonton video American wedding, gue masih suka menatap iri. Kok mereka bisa costumize their own wedding vow, yah? Bisa macem-macem deh, janjinya, dari mulai yang manis-manis, sampe yang witty dan silly. Di mana keadilaaan?

Aku mau jugaaak!

***

Keresahan ini akhirnya membuat gue curhat panjang lebar sama Yuris, one of our dear friend, yang juga berkecimpung di wedding industry. More or less, doi punya kecintaan yang sama dengan gue tentang American Wedding because we adore simplicity like so much. Makanya paham bener deh dia, kenapa sampe sekarang gue masih susah let go.

Obrolan kami berdua kemudian membuahkan sebuah ide sederhana untuk perayaan wedding anniversary gue dan Roy. Kalo dirasa nggak mungkin untuk mengulang kembali hari pernikahan, ya bikin anniversary celebration... dengan rasa wedding party aja!

Jadi, dibantu Yuris, kami akan me-recreate acara pernikahan kami tahun lalu, dengan skala yang lebih sederhana (tapi tetep bermakna), dan yang terpenting, personal. Kayak apa ya jadinya? Tunggu di postingan selanjutnya ya 

8 comments:

  1. Oh bener ternyata yg kemaren sliweran di timelime instagram ini ada hubungannya sama wedding anniversary. Ayo Sar lanjutin gak sabar baca ceritanya

    ReplyDelete
  2. Hahaha itu lho kak, kan wedding cakenya ember yang dilapis krim, krimnya masih bisa diunyel-unyel dong dikiit. \:p/

    Daaaaaaann... MANA ADA YAA KUDA LUMPING MAKAN BASKOM.. Yang ada dikenyot2 doang sama dia. ._.

    ReplyDelete
  3. Tulisan Kak Sarah ini kok bikin aku pengin nikah, ya. (semua orang juga pengin nikah, Yog!) Muahaha.

    Anjis, itu kue tinggi amat. Kalo mau makannya kudu naek egrang? XD

    ReplyDelete
  4. Icha: Iyaaah, hehehe :p Masih ditulis nih sama masih nunggu fotonya juga, sabar yaa :D

    Kresnoadi: (((EMBER DILAPIS KRIM))) ahahahaha. Ya mana tau gitu, tak ada beling baskom pun jadi :p

    Yoga: Ayok buruan nikah! Calonnya udah ada belom? :p Ho oh, disaranin sama vendornya, kudu lebih tinggi dari kepala groom-nya soalnya :))))

    ReplyDelete
  5. duh, jadi pengen cerita cerita sama kamu nih sar soal rencana pernikahan, hahaha *cerita rencana aja dulu, kapannya gatau >.<) ayoo ayoo ditunggu cerita selanjutnya, baru ngeliat teaser mulu di instagram

    ReplyDelete
  6. Kak Presy: Sini sini cerita sama akooooh \o/ Hihi masih nunggu foto-fotonya nih, nanti kalo udah lengkap, pasti cerita di siniii. Tungguin ya :*

    ReplyDelete
  7. Akuuu baru blogwalking lagiiii... langsung cek2 scroll dari halaman (agak) belakanggg.... kayanya memang makin kesinj generasi kita makin pengen pesta yang intimate yaa termasuk aku dan suami.. tapi mungkin baru bisa diapply ke generasi berikutnya karena giliran kita yang berkuasa... hihihj :p

    ReplyDelete
  8. Puty: Iyaah, makin sadar banyak yang lebih penting ketimbang pesta gede=gedean kaan Put, kayak rumah, honeymoon, kebutuhan pasca nikah, persiapan tabungan anak, dll :))) Rasanya jd sayang kalo nabung bertahun-tahun, ludes dalam sehari. Hihi. Kalo nanti punya anak pun aku pasti ngebebasin kayaknya. Mau nikah tamasya dulu juga gapapa, yang penting mah udah pemberkatan :p

    ReplyDelete