Kelar ngurusin imigrasi, ambil bagasi, dan nyerah mencoba wifi, kami mampir ke Sbux untuk mecahin uang, kemudian beli karcis kereta via mesin yang tersedia.
Off to hotel!
Meski sempet nyasar, muter-muter, dan bolak-balik nanya sama orang, akhirnya kami sampe juga di tujuan. Langsung hepi, karena ternyata, posisi hotelnya tepat di jantung the famous Nandjing Road. Horeee!
Sempet mengalami kendala saat check in karena booking-an kami ter-cancel otomatis, yang mana menyebabkan sang resepsionis menampakan jiwa asli dari mainlanders: judes bin jutek. Gue cuma senyum kecut sambil nyabar-nyabarin hati.
Akhirnya kami bayar lebih mahal beberapa RMB, demi menyudahi sesi saling ngotot yang tulalit, karena nggak pada ngerti bahasa masing-masing. Yastralah ya, yang penting kami punya tempat untuk istirahat malem ini. Setelah naro koper di kamar, kami langsung keluar lagi. Menggabungkan diri dengan ribuan manusia lain untuk menikmati ramainya Nandjing Road di akhir pekan. Lumayan ya, sebagai pelarian untuk mengobati rasa kangen gue pada hingar bingar Dotonbori.
Kami berjalan menyusuri Nandjing Road sambil mengagumi deretan toko-toko yang jadi 'tembok' panjang di sisi kanan dan kiri. Dinginnya angin musim semi nggak sedikitpun merontokan tekad dan mematahkan semangat. Paling cuma bikin laper melulu aja. Hihi.
Nggak heran, pas liat signage McD segede gaban, kaki langsung otomatis ngerem, belok, dan masuk. Perut minta diisi segera gara-gara digoda sama aroma ayam goreng dari franchise favorit.
Kelar makan, kami melanjutkan perjalanan sambil sesekali diselingi dengan mampir ke toko oleh-oleh. Ada dua jenis toko oleh-oleh di Nandjing. Yang pertama, yang jual snack, permen, dan coklat khas(?) Shanghai, dan yang kedua, toko palugada alias apa aja ada, dari mulai sendok, sisir, selendang sutra, jodoh, you name it. Mereka punya.
Seperti umumnya toko oleh-oleh di daerah wisata, downside-nya, harganya mahal banget. Jadi kami nggak beli apa-apa deh. Besok aja deh, soalnya males juga nenteng-nentengnya.
Penghujung Nandjing Road mengarahkan kami ke The Bund, one of my favorite spot in Shanghai. For those who is a sucker for night lights like me, tempat ini bener-bener bikin eyegasm. Victoria Harbour di HK mah lewat!
Seperti umumnya toko oleh-oleh di daerah wisata, downside-nya, harganya mahal banget. Jadi kami nggak beli apa-apa deh. Besok aja deh, soalnya males juga nenteng-nentengnya.
Penghujung Nandjing Road mengarahkan kami ke The Bund, one of my favorite spot in Shanghai. For those who is a sucker for night lights like me, tempat ini bener-bener bikin eyegasm. Victoria Harbour di HK mah lewat!
Perlu perjuangan untuk dapetin spot yang oke buat sight seeing, soalnya kombinasi antara The Bund, malam hari, dan malam minggu membuat tempat ini jadi lautan manusia. Back then, gue menyaksikan keindahan The Bund dari atas kapal. Namun berhubung rada pricey, kali ini, kami memilih liat-liat dan foto-foto dari daratan aja.
Selain deretan gedung pencakar langit dan landmark Shanghai Pearl TV Tower di seberang sungai, di sekeliling kami, juga berjejer deretan bangunan-bangunan bergaya Eropa klasik. Sedikit mengingatkan pada One Fullerton di Singapore yah? Cancik anet sih! *abusing our camera*
Setelah puas menikmati suasana malam di The Bund, sekitar jam 8, kami jalan balik menuju hotel. Selain karena capek, gue juga udah mulai bersin-bersin akibat kedinginan. Daripada entar jadi pilek, mendingan istirahat, deh. Sekali lagi, kami menyusuri Nandjing Road, sambil sesekali melipir ke toko-toko yang berjejer kalo sekiranya ada yang menggoda mata atau perut.
Begitu sampe di hotel, langsung unpacking koper, mandibebek, abis itu terjun ke ranjang dan ngorok. Good night, Shanghai!
Selain deretan gedung pencakar langit dan landmark Shanghai Pearl TV Tower di seberang sungai, di sekeliling kami, juga berjejer deretan bangunan-bangunan bergaya Eropa klasik. Sedikit mengingatkan pada One Fullerton di Singapore yah? Cancik anet sih! *abusing our camera*
Setelah puas menikmati suasana malam di The Bund, sekitar jam 8, kami jalan balik menuju hotel. Selain karena capek, gue juga udah mulai bersin-bersin akibat kedinginan. Daripada entar jadi pilek, mendingan istirahat, deh. Sekali lagi, kami menyusuri Nandjing Road, sambil sesekali melipir ke toko-toko yang berjejer kalo sekiranya ada yang menggoda mata atau perut.
Begitu sampe di hotel, langsung unpacking koper, mandi
Wuihhh....Sarahhh....jalan2 terus. Sebenere aku ya pengen ke Shanghai, tapi ngurus visa nya ribet ga sih?
ReplyDeleteBtw ditunggu banget liputan SDL nya, lengkap ma foto Toy Syory Hotel nya ya ;D
Erika: Nggak kok, ngurus visanya gampang bangeeet :D Hihi. Sip deh, tungguin trip report-nya yaaa ;)
ReplyDeleteBiaya buat ngurus visanya berapa, Sarah? Dan perlukan ada minimal saldo di tabungan? Sippp, ditunggu report SDL nya lhooo :D
ReplyDeleteabusing cameranya so worth it, baguus. selama jalan- jalan bisa menemukan kembali hal traumatic dulu ga Sar?
ReplyDeleteErika : Aku musti tanya Roy dulu ya, lupa euy berapa nominalnya, boleh minta email kah? Nanti aku infokan :D
ReplyDeleteLittlemissindri : Thank youuuu! The Bund emang cakep banget deh. Baru hari pertama sih belum parah-parah amat ya, tapi along the way, ketemu jugaaa! Banyak banget, contohnya ya itu, toilet yang bikin trauma, orang-orang yang super galak :))