Pages

Friday, 6 January 2017

Shanghai - The City (Part II)

Setelah seger berkat boci sesaat, mari melanjutkan perjalanan!

Tujuan kami selanjutnya adalah People's Park, yang (un)fortunately, bisa dijangkau dengan berjalan kaki dari hotel tempat kami menginap. Sebenernya, taman ini nggak termasuk dalam kategori destinasi wisata yang lazim dikunjungi di Shanghai.

Namun, salah satu sahabat baik kami, Yuris, ngasih saran untuk memasukkan People's Park dalam itinerary kami. Alasannya adalah kegiatan unik yang biasanya terjadi di taman ini: perjodohan. Gue langsung tertarik dan minta doi cerita lebih lanjut. Ternyata, di sini, setiap hari Minggu sore, bakalan ada segerombolan orang tua yang dateng dan 'menjajakan' anak mereka.

Menjajakan? Menjajakan gimana?

Metodenya persis sama dagang barang; mereka bakalan buka payung atau kursi lipet, lalu menempelkan sehelas kertas atau ipad berisi biodata umum seperti nama, umur, tinggi dan berat badan, bahkan foto sang anak. Kemudian, mereka akan saling 'liat-liat' deh kandidat anak-anak tetangganya, trus kalo ada yang cocok, mereka bakal tukeran nomor hp, atau bahkan nge-set kencan untuk anak-anaknya.

I present to you, people, Shanghai Match Making!

We were so lucky, akhirnya berkesempatan menyaksikan semua ini, live. Kami segera menggabungkan diri dengan ratusan orang di dalam taman yang keliling nyari jodoh, sambil terus bertanya-tanya, apa nggak ada teknologi internet, yah? Kok perjodohannya masih kayak tukeran tazos traditional way begini? Kontras bener sama bangunan-bangunan pencakar langit di kota tempat mereka tinggal.

Okay gotta admit, at first, it was a bit strange for me, konsep 'jualan' anak macem begini. But, regardless unstoppable questions in my heads, the traditions were fun to watch, tho'. Sayang kami ga bisa ngambil foto, karena udah dipesenin sama temen gue untuk hati-hati. Peserta cari jodoh di sini gualak-galak (uum, well, nggak di sini doang sih, di mana aja juga mainlanders emang judes). Kalo ada yang ketauan ngambil gambar, bisa langsung di expel from the park. Makanya kami nurut dan nggak ngeluarin kamera sama sekali.

Sempet sih, ngambil gambar diem-diem pake hp. Cumanya nggak terlalu jelas. Jadi gue nyomot gambar dari google aja yaaa.

tuh, biodata lengkapnya di kertas yang ditempel di payung (source)

Sebelum tabungan dosa gue dan Roy nambah lebih banyak lagi karena nggak abis-abis ngomongin para kandidat perjodohan, dan berhubung udah hampir gelap juga, kami memutuskan untuk menuju ke destinasi terakhir kami hari ini, Xin Tian Dji.

Actually there was nothing special about this place, cuma jalanan yang kanan kirinya dipenuhi deretan toko-toko aja. Tapi berhubung kata Roy tempat ini adalah Kemang-nya Shanghai, jiwa anak gaul gue pun terpanggil. "Aku musti cobain heng ot di sana!", begitu ultimatum gue.

Sayangnya, ternyata aslinya biasa aja. Belum segemerlap dan se-edgy Kemang, tuh. Alhasil baru sepuluh menit jalan, gue udah nguap. Boseeen. Harga barang-barangnya juga nggak make sense buat anak kere macem kami. Jadi foto-foto aja, deh.



Cuaca Shanghai yang teramat windy membawa kami masuk ke mall terdekat. Niatnya sih mau window shopping sambil cari makan malem, namun apa daya kejompoan kami berdua membuyarkan rencana. Akhirnya cuma borong buah potong, air minum, sama beberapa jenis local snack untuk oleh-oleh di supermarket.

Lalu setelahnya, kami pilih mulih dan beli makan malem di mini market aja. Demi beauty sleep-nya princess waktu istirahat yang lebih panjang deh. Kan musti packing juga. Secara besok, kita pindah ke Disney Resort! Woohooo!

2 comments:

  1. Hebat ya perjuangan orang tua sampai segitunya nyari jodoh buat anaknya, kalau dilakuin disini kayaknya malah banyak drama klo dijodohin sama orang tua 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyah kak, berhubung kayaknya di sana lazim sih emang perjodohan gitu :))) Kalo di sini mana mauuuu, adanya ngomel kalo dijodoh-jodohin :)) Pinginnya nyari sendiri :p

      Delete