Gone Girl (2014) adalah salah satu film yang berhasil bikin gue
penasaran setengah mati setelah baca beberapa review-nya. Banyak yang bilang film
ini ‘gila’ dan ‘sakit’. Keduanya pake tanda kutip, yang akhirnya malah bikin
gue makin kebelet pingin nonton. Berhubung garis besar ceritanya gue udah tau,
yang mau gue cari tau cuma satu: gimana cara mereka mengeksekusi ide cerita yang
terdengar cukup ekstrim ini?
Dan pertanyaan itu segera
terjawab, setelah gue nonton filmnya bareng adek gue, minggu lalu. Gue nggak
bisa berenti geleng-geleng kepala karena salut. Kagum sama penulis ceritanya,
kagum sama acting-nya Rosamund Pike,
kagum sama semuanya. This movie is bloody
brilliant.
Masalahnya, kegundah-gulana-an di
hati yang nggak mau ilang setelah gue selesai nonton. I can’t get this movie out of my head. Kepikiran melulu, macem
mantan pas baru putus. And I’m not
bluffing. Beneran sampe segitunya, lho. Bahkan, gue sampe setengah maksa
Roy cepetan nonton Gone Girl juga,
supaya ada yang bisa gue ajak diskusi. Turns
out, doi sependapat sama gue. Film ini emang punya ‘efek’ yang agak terlalu
luar biasa.
Awalnya gue nggak mau nge-review film ini di blog, because there’s no way I can tell anything about
this movie without being a spoiler. Tapi gue gelisah. Sepanjang nonton, banyak
banget scene yang bikin gue melongo
antara kagum dan kaget. Banyak banget plot
twist yang bikin gue takjub tapi juga takut. Banyak banget pemikiran yang
membanjiri kepala gue setelah film ini selesai gue tonton. So I think I need to write them down.
Let’s begin with the story.
(Yang belum / kepengen
nonton dan takut sama spoiler, jangan
diterusin ya bacanya.)
Alkisah, tinggalah sepasang suami
istri bernama Nick Dunne (Ben Affleck) dan istrinya, Amy Dunne (Rosamund Pike).
Amy adalah inspirasi dari sebuah buku dengan judul Amazing Amy, yang menggambarkan American
Sweet Heart sepenuhnya: sweet blonde
girl, lemah lembut, dan selalu menjadi pusat perhatian.
Kehidupan pernikahan mereka
sepertinya baik-baik saja, walaupun cenderung dingin. Everything seems so normal, yang mana justru menunjukkan bahwa itu
sama sekali nggak normal.
Suatu hari, tepat di wedding anniversary mereka yang ke lima,
Nick pulang ke rumah dan mendapati sang istri isgon. Rumah mereka berantakan,
dan ditemukan beberapa bercak darah. Polisi datang, dan Nick dibawa ke kantor
untuk dimintai keterangan. Surprisingly,
dia ternyata sama sekali nggak tau apapun tentang istrinya.
Penyelidikan dilanjutkan, dan pihak
kepolisian menemukan beberapa bukti yang justru semakin menguatkan dugaan bahwa
Nick-lah yang melenyapkan istrinya. Terkuaknya fakta tentang pernikahan mereka
berdua yang jauh dari kata bahagia dari salah seorang tetangga, bercak darah
yang ada di rumah mereka, terungkapnya perselingkuhan Nick dengan salah satu
muridnya, dan ditemukannya diary Amy
membuat Nick semakin dicurigai sebagai dalang dari ‘hilang’nya Amy.
Berbagai media mulai menyorot,
dan seketika, Nick menjadi public enemy.
Semua orang yang prihatin dan bersimpati dengan Amy, balik badan dan
memusuhinya.
Nick yang ngerasa innocent dan nggak tau apa-apa, akhirnya
mulai frustasi karena tiba-tiba doi terkenal sebagai lelaki brengsek yang tega
menyakiti wanita sebaik dan selembut Amy. Ia kemudian datang pada Tanner Bolt
(Tyler Perry), seorang pengacara yang sejak awal memang tertarik pada kasus
Nick dan Amy. Bersama, mereka mencari jalan untuk membuktikan dugaan Nick
selama ini: dia difitnah oleh istrinya sendiri.
Sampe sini, pertanyaan sebenernya
adalah: di manakah Amy?
Jauh dari tempat tinggal mereka,
Amy mengubah total penampilannya. Ia mengenakan kacamata, mengecat ulang
rambutnya, mengubah cara berpakaiannya, dan bertransaksi (bahkan beli mobil) hanya
dengan cash. Yup, dia masih hidup.
Ternyata, tujuan Amy melenyapkan
diri adalah karena dia kepingin bales dendam karena diselingkuhin sama Nick.
Semuanya rencana Amy berjalan
mulus, sampe tiba-tiba, di tempat persembunyiannya, sesuatu yang tak terduga
terjadi. Amy dirampok. Dalam keadaan kehilangan seluruh uang cash-nya, akhirnya, setengah terpaksa, dia
menghubungi mantannya yang belum kunjung move
on, Desi (Neil Patrick Harris).
(Iya sama, gue juga bingung kenapa
namanya Desi padahal dia laki sik?)
Desi, yang entah cinta mati atau
terobsesi sama Amy, tentu saja hepi banget waktu Amy memutuskan untuk lari ke
dia. Kepada Desi, Amy beralasan bahwa dia disiksa abis-abisan sama Nick,
sehingga dia kudu pura-pura ‘mati’ untuk sementara waktu.
Desi membawa Amy ke rumah tepi danaunya
yang mewah dan aman. Segala keperluan Amy udah diurus sama Desi. Pokoknya Amy dijamin
hidup nyaman, tenang, dan damai. Sayangnya, di sana Amy justru mulai menyadari
bahwa laki-laki yang sesungguhnya dia ‘cintai’ adalah Nick.
Dari situ, Amy memutuskan untuk
merekayasa situasi seolah-olah dia diculik dan dijadikan budak seks oleh Desi.
Dia mulai merekam adegan dia heboh jejeritan sendiri, kayak abis brutally diperkosa sama Desi. Puncaknya,
dengan memanfaatkan alibi sebagai pembelaan diri, dia ngegorok leher Desi pake cutter pas doi lagi... gituan.
(THE HELL?!)
Lalu dengan dramatis, dia
memutuskan untuk pulang kepada Nick. Amy kemudian playing victim dengan ngarang cerita ke polisi, bahwa dia ilang
karena diculik sama Desi. Dia disekap di sebuah rumah, kemudian dipaksa
melayani Desi. Visum dari dokter juga membantu membuktikan kesaksian Amy. Padahal,
dari awal, dia sendiri yang sengaja ‘membuat’ luka-luka itu.
Nick sebenernya udah nggak pingin deket-deket Amy waktu dia kembali. Yaiyalahya, lelaki waras mana yang mau?
(Sini, bang Ben Affleck sama aku
ajun… *kemudian leher gue ikut diseset sama Amy*)
Masalahnya, Amy, yang tetep konsisten dengan
perannya sebagai pihak yang dizholimi, langsung menyedot perhatian masyarakat
begitu dia kembali. Doi juga memanfaatkan situasi dan ngancem Nick, bahwa kalo
Nick ninggalin dia sekarang, waktu mereka berdua lagi disorot, maka masyarakat
akan kembali bersimpati terhadap oh-so-pity-Amy,
yang mana akhirnya mengembalikan status Nick sebagai public enemy.
Serba salah yaaa.
Keadaan makin rumit waktu Amy bilang
bahwa dia hamil. Nggak punya pilihan lain, akhirnya Nick memutuskan untuk stay. Margo (Carrie Coon), sodara kembar
Nick yang selama ini mendampingi Nick selama Amy ilang, langsung nangis pas
Nick bilang terpaksa tetep tinggal sama Amy. Kebayang nggak sih, serumah sama
psikopat? Hiiii.
Jadi akhirnya, mereka berdua
hidup bahagia (?) sembari menunggu kedatangan bayi mereka (?). Happy ending…
NOT. OF COURSE NOT.
Kelar nonton, gue kepingin standing applause karena kagum, tapi
juga pingin tebalikin TV gegara frustasi.
Di satu sisi, gue salut sama
karakter Amy. Manipulatifnya juara! Dengan sabar, teliti, dan penuh
perhitungan, Amy merencanakan pembalasan dendam karena diem-diem dia benci sama
suaminya. Image lemah dan tersakiti
yang ia bangun pelan tapi pasti pada akhirnya menjadi kunci kesuksesan seluruh
rencananya. Semuanya bener-bener dipikirkan dan disusun dengan sempurna. Kalo
bukan karena dia yang memutuskan untuk kembali, Nick pasti udah di penjara
dengan tuduhan melenyapkan istrinya sendiri.
Di sisi lain, gue frustasi
ngebayangin ini terjadi dalam kehidupan pernikahan. How totally awful marriage life can be scares me. Gue frustasi
nontonin dua orang yang dulunya saling cinta, akhirnya dibutakan sama dendam.
Gue frustasi sama kenyataan bahwa rencana Amy berhasil sehingga sampai akhir, dia
dinyatakan TIDAK BERSALAH. Something
about it doesn’t seem right, and I can’t help feeling so disturbed.
Gue ngerti, Gone Girl adalah potret dari banyak banget marriage life di luar sana (lack
of communications, affair, cold relationship, and so on), meskipun mungkin
‘buah’-nya nggak seekstrim Amy. Gone Girl
juga menguatkan opini gue selama ini, bahwa kalo perempuan udah disakiti, they can be from zero to crazy buat
balas dendam.
Yes, I get it, sih. Tapi tetep aja kan… *minum aspirin sepabrik*
So for me, this movie is seriously amazing yet frustrating and
disturbing at the same time. Yang udah nonton, do you guys have another opinion? Share di kolom komen, dong!
![]() |
...and plans revenge. An insane one. |
duh sar penasaran jadinya, belum pernah nonton dan setelah baca malah pengen tau terakhirnya, haha, itu spoiler ga sampe abis sar? *terus digeplak pembaca lainnya*
ReplyDeleteKak Presy : Hihihi, ayok nontoooon. Aku juga pas nonton udah tau plotnya sampe abis lho, tapi tetep aja seruuuu. Tetep aja kaget-kaget :))) Jenius banget ih yang bikin novel sama sutradaranyaaaa.
ReplyDeleteLangsung jadi pengen nonton abis liat postingannya Sarah
ReplyDeleteIcha : Ayoooo nonton! :D Nanti kasih tau aku what do you think :D
ReplyDeleteini... salah satu film yang bikin gue gereget!
ReplyDeleteand the ending... is... so... DEPRESSING!
Tau kalau si Nick itu ngga bisa apa-apa, dan si cewenya pura-pura seakan ngga terjadi apa-apa, padahal kita tahu ke depannya... mungkin terjadi sesuatu lagi...
AAARGGGHH!!!
Luthfi : BANGEEEET! Kesel kan mikirinnya :)))))) Gue udah berhari-hari aja masih tetep gelisah kalo pas inget endingnya. Kepengen jeblosin Amy ke penjaraaaa!
ReplyDeleteFilm kaya gini nih yg gue suka, ttg psikologi thriller&dendam kaya the orphan,shutter island,prisoner,the prestige dll
ReplyDeleteA manipulative song for a sick film, also brilliant!!
ReplyDeletehttps://www.youtube.com/watch?v=7-LAj_QzGG4
Aku bahkan sampe sekarang masih kebayang kelanjutan ceritanya gimana,waktu pas scene ending ,sama sekali ga ngasih kesimpulan.tapi kalo endingnya ga kaya gitu bukan David Fincher namanya hehe cuman tetep penasaran sih gimana kelanjutannya cerita nya happy or sad kah?
ReplyDeletegue udah nonton sampai habis, karena kurang paham..gue lihat review orang
ReplyDeleteNah samaa
Deletenahhhh akhirnya nemu orang yg geregetan sama endingnya. menurut aku agak ngeselin sih karena keliatannya kok polisi sama media bodoh bgt gabisa ngungkap itu semua, malah percaya 100% sama si amy. aku mikir, apa mungkin sengaja dibikin begitu untuk nyindir media dan kepolisian yaa wkwkwkwk
ReplyDeleteGue nonton film ini h-5 hari sebelum hari H dong.. nyesel nyesel tapi gak nyesel juga sih nonton film ini... Ending nya itu loh .... apakah pernikahan seseram ini... (*The Real life )....
ReplyDeleteAku baru mau nonton malam ini....
ReplyDelete