Pages

Friday 10 December 2021

IVF Journey - Pada Mulanya...

 It all started with a question: "Kita mau pensiun di mana, ya?"

Bener-bener awalnya hanya sebatas mau discover keinginan masing-masing, tentang agenda hari tua kami nanti. Exploring what might be possible to plan, hitung-hitungan tabungan, dan konsep ideal menunggu waktu dipanggil 'pulang'.

Namun diskusi itu juga yang akhirnya membuahkan pertanyaan, "What about kid(s)? Should we try? Now?".

Sejujurnya, pendirian gue soal punya anak atau engga dalam sebuah pernikahan nggak pernah berubah sejak awal. That it is a nice blessing that comes with tons of responsibility. Jadi, ya sifatnya preferensi. Bukan harus atau nggak, apalagi bener atau salah. Lalu karena faktornya banyak dan beberapa bukan di tangan kami, gue enggan menggantungkan kebahagiaan gue solely ke sana. So the goal is to be happy, with or without kids.

Jadi gue dan Roy nggak pernah ngoyo soal ini. Cenderung kelewat santai malah. Karena sesukar-sukarnya untuk dipercaya (sungguh bingung kenapa sih suka banyak yang nggak terima?), meski belum dikaruniai anak, kehidupan pernikahan yang udah berjalan hampir 6 tahun ini-meski badainya kadang ada aja-sungguh sangat menyenangkan. Seenggaknya untuk kami berdua (and we are the ones that matter, no?).

Marrying him was one of the best decision I've made in my life.

So what change?

Nothing, actually.

Namun, kami juga nggak pernah firmly yakin 'nggak mau'. Kembali ke konsep di atas, gue akan sangat bersyukur kalo Tuhan kasih kami kepercayaan, tapi kalopun nggak, we'll strive to still be happy and content.

Tapi kadang, namanya rejeki, kalo kitanya diem-diem aja alias nggak berusaha, gimana mau dikasih, kan?

Atas dasar itu, kami memutuskan untuk mencoba. Tanpa harapan yang tinggi nan muluk-muluk. Hanya semata untuk menghindari kemungkinan adanya penyesalan di kemudian hari.

Pertanyaan selanjutnya, kapan?

Mengingat tahun ini umur gue udah 30 tahun, postponing also wasn't an option, considering in IVF, age (that eventually connects to quality of eggs) plays one of the biggest factor.

Jadi pada suatu siang, berangkatlah kami ke Morula IVF Jakarta, bermodal appointment yang didapat dengan susah payah dengan Dr. Aryando Pradana, SpOG. Mental sama finansial sama-sama masih ngambang, tapi semoga ini awal dari ikhtiar.

No comments:

Post a Comment