Pages

Thursday 24 March 2022

IVF Journey - The Diagnosis

Setahun setelah kami menikah, sebetulnya gue dan Roy udah pernah konsultasi ke dokter kandungan. Kami diminta cek beberapa hal, dan hasilnya semua baik (saat itu). Jadi penyebab gue belum hamil jatuh pada unexplained infertility, alias, nggak bisa dijelaskan kenapa.

Was it a good news?

TBH, I wasn't sure. Gue cukup lega karena nggak ada masalah, tapi juga khawatir ketemu sama kata-kata unexplained. Not knowing something terrified me. Ibaratnya kalo sakit tapi nggak tau sakit apa, cara ngobatinnya gimana? How do you get better?

But focusing on the bright side, I guess?

Everything's fine, berarti tinggal timing. Yuk deh, rileks dan jangan banyak stress. Cencu sambil dibarengin dengan having a lot of sex to increase probability, hahaha.

Imagine my surprise when in our first appointment, Doknan carefully asked me, "Apakah ibu sudah pernah diinfo punya miom?". JEGER. Kaya disamber petir, rasanya. Gue betul-betul pede nggak ada masalah apa-apa. Haid selalu teratur, nggak pernah sakit berlebihan, dan hasil tes setahun setelah nikah itu menyatakan gue bersih. Kok sekarang tau-tau ada miom?

"Besarnya sekitar 4cm nih bu."

WHAT? GEDE BANGET?

Pikiran gue langsung melayang ke berbagai kemungkinan. Apakah USG Transvaginal gue di tahun pertama setelah nikah nggak berhasil capture miom-nya? Dokternya kurang jago, kah? Alatnya kurang canggih? Atau baru tumbuh setelah itu? Karena to be fair gue emang nggak pernah papsmear atau yearly visit ke obgyn. So how do I know?

Di tengah-tengah kalut dan kagetnya gue saat itu, Doknan menenangkan dengan menyakinan bahwa miom itu cenderung jinak dan nggak perlu dikhawatirkan (unless the position is tricky). Beliau bahkan nggak menyinggung opsi untuk diangkat. Hanya saja, kalo dibiarkan, memang kemungkinan untuk gue hamil natural atau IUI sangat kecil, mengingat posisinya.

Seolah semesta semakin menegaskan, IVF-lah jalannya.

Di perjalanan pulang, gue diskusi cukup panjang sama Roy terkait ini. Despite the diagnosis, gue jauh lebih lega abnormalities-nya akhirnya ketahuan. Selain terjawab sudah, kami jadi bisa lebih siap untuk langkah selanjutnya.

Sekarang fokusnya adalah memulai program IVF di cycle selanjutnya. So we had a month to prepare ourselves mentally, physically, financially, further more, spiritually (berdoa deh, yang banyak). Sungguh banyak yang harus dilakukan dan dikonsumsi, tapi kami berusaha nggak terlalu snewen. Dijalanin aja.

Semoga dilancarkan selalu.

No comments:

Post a Comment