Pages

Friday 9 July 2021

Jepang yang Berbeda - Osaka Castle & Samalekum Kyoto!

Berhubung nggak berencana ke Universal Studios, yang tersisa dari itinerary kami di Osaka hanyalah Osaka Castle. Nyokap gue dan Roy udah pernah ke sini, tapi berhubung yang lainnya belum, akhirnya disempetin mampir.

Kompleks istananya sendiri asri dan cantik, lengkap dengan hutan mini di pelatarannya. Taman yang mengitari, ideal banget untuk dijadikan tempat piknik atau sekedar duduk-duduk menghabiskan waktu. Ada Lawson dan Starbucks juga, demi terjaganya asupan cemilan, bento, sampai kopi.

Istananya berdiri megah menjulang persis di bagian tengah, dengan sungai yang berjaga di sekelilingnya. Ciri khas mapping istana jaman dulu, yang bukan hanya berpusat pada arsitektur dan estetika, tapi juga fungsi dan efektifitas dalam skala pertahanan.

Kalo punya budget, bisa masuk dan naik ke dalam istananya (yang sekarang jadi museum) juga. Entrance fee-nya 600 yen, langsung bisa belajar tentang Toyotomi Hideyoshi, warlord samurai yang mendirikan istana ini, juga naik ke observation desk di lantai paling atas. The view is superb!





Kami nggak lama-lama di sini, karena harus balik ke AirBnB untuk ambil koper, kemudian segera menuju ke Kyoto. Untuk menghemat waktu juga, kami take away bento, kemudian makan siang di Shinkansen. Biar nggak nganggur-nganggur amat di perjalanan. Jarak Osaka ke Kyoto sebenernya deket banget, cuma setengah jam via kereta. Seneng ya di Jepang, jarak 43 km bisa ditempuh hanya dalam waktu 30 menit. Kalo di Jakarta dapetnya cuma dari Gandaria ke Pondok Indah lhooo. Itu juga dengan catatan Radal-nya nggak macet.

Kami mendarat di Kyoto kurang lebih jam 4 sore, kemudian langsung check in hotel. To my surprise, hotelnya sangat roomy dan comfy, ada mini kitchen segala! Letaknya walking distance pula sama Kyoto station. Berhubung akomodasi biasanya prioritas ke sekian kalo traveling sama Roy, jadi akutu rada kampung setiap ketemu hotel bagus. Manalah harganya juga relatif terjangkau (karena kalo mahal, nggak akan mungkin dipilih sama suami cino-ku), jadi so much win, deh. Kurangnya cuma nggak ada lift, jadi bonus olga ya, gotong-gotong koper gede naik tangga...

Kelar unpacking, mandi, dan istirahat sebentar, gue, Roy, Owen, Davin, dan Lia janjian di lobby hotel untuk keliling-keliling Kyoto. Nyokap bokap nggak ikut karena mau istirahat. Berhubung belum pasti mau ke mana, JR Pass-nya tetep dibawa, just in case tiba-tiba mau ke Dotonbori (permisi, baru KEMAREN?!).

Karena laper, kami makan dulu di Yoshinoya deket Kyoto Station. Menu yang gue pilih, tentu saja pork bowl-nya yang super lezat itu, lengkap dengan shredded cheese on top. Kapan ya, pork bowl masuk ke Yoshinoya Indonesia? Sedih lho kalo kangen cuma bisa ngiler karena terpisah jarak...

Beres dinner, kami jalan-jalan di dalem Kyoto Station. Menjadi salah satu stasiun kereta api dan transportation hub terbesar di Jepang, tentu saja di sini palugada, alias apa lu mau gue ada. Dari mulai pusat perbelanjaan, hotel, bioskop, restoran, hingga department store, semua bernaung di bawah atap yang sama. I remember my first time being here. Sungguh terpesona. Nggak nyangka stasiun yang umumnya lekat dengan image repetitif nan membosankan bisa berdiri menarik dan megah kaya gini. Why so extra, Japan?


Kami menjelajah Kyoto Station sambil mampir-mampir beberapa tenant-nya untuk belanja oleh-oleh. Cinta banget nggak, dari drugstore sampe Uniqlo tersedia di mari? Cintaaaaak.

Karena dasarnya rada jompo, rencana gila kami balik ke Dotonbori terpaksa di-skip, karena setelah dirasa-rasa, pegel ugha ya, badan ini. Mending istirahat pagian deh, mengingat besok jadwalnya lumayan padet.

Kami jalan kaki kembali menuju hotel sambil menikmati angin malam yang ternyata lumayan bahorok ya. Mengingat ini udah masuk summer, sebetulnya kalo siang tuh udah terik, tapi suprisingly kalo matahari udah ilang, masih adem-adem bikin masuk angin.

Begitu sampe hotel, gue bebenah sebentar, kemudian langsung pengsan di kasur. A very good day indeed, see you tomorrow, Kyoto!

No comments:

Post a Comment