Pages

Wednesday, 24 April 2013

Ketika Cinderella Tidak Lagi Masuk Akal

Cinderella adalah salah satu Disney Princess favorit gue. Cerita cintanya sangat klasik dan cantik, sehingga banyak diadopsi dan divariasikan oleh berbagai sutradara maupun penulis, baik dalam balutan tradisional ataupun modern. Happily ever after, setelah derita panjang yang ia rasakan akibat kekejaman dari sang ibu tiri, membuat cerita ini dicintai, karena memercikan harapan, bahwa sesuatu yang baik akan datang setelah kita bertahan dan tabah dalam ketidakadilan atau kondisi yang buruk.

Tapi setelah gue renungkan, ada beberapa hal yang janggal. Bisa jadi karena cerita ini fiksi, maka ada saja celah-celah yang kurang masuk di akal. Sebagai contoh, Cinderella berdansa berjam-jam dengan sepatu kaca, namun tidak disebutkan kalau kaki Cinderella lecet-lecet atau dia meminta tensoplas pada pangeran. Padahal menurut cerita, ia berdansa berjam-jam sampai lupa waktu. Dan FYI, sepatu kaca bukanlah sepatu yang nyaman dipakai. Cenderung menyakitkan, karena bahannya yang keras, untuk menjaga keindahan bentuk sepatu.



Sihir yang digunakan oleh sang ibu peri, bukanlah menjadikan Cinderella cantik nan rupawan, melainkan menjadikan seluru wanita undangan yang ada di dalam ballroom, tidak lebih cantik dibandingkan Cinderella. Hal ini menyebabkan akhirnya, Pangeran hanya terpaku pada Cinderella. Tunggu kalo pangeran nyebrang ke buku sebelah dan doi ngeliat Aurora, pasti nyesel! XD

Masih jadi pertanyaan untuk gue hingga detik ini, berapa sebenarnya ukuran kaki Cinderella? Mengingat menurut cerita, kakak tirinya yang pertama tidak dapat mengenakan sepatu kaca karena terlalu sempit, dan kakak tirinya yang kedua tidak dapat mengenakan sepatu kaca karena terlalu besar, maka bisa disimpulkan, ukuran kaki Cinderella berada di antara kakak tirinya yang pertama dan yang kedua. Jika ukuran kaki sang kakak tiri seabnormal-abnormalnya, 34 dan 41, maka Cinderella kemungkinan 38. Bagaimana mungkin HANYA IA yang memiliki nomor sepatu 38, sedangkan di setiap midnight sale, sepatu no. 38 SELALU habis atau cacat? #salahfokus :D Ya intinya, nggak mungkin kan yang ukuran kakinya 38 di desa itu cuma doi? Kecuali dia tinggal di desa raksasa atau liliput. Tapi kan di cerita nggak dibilang begitu. :3

Lalu, sepatu Cinderella yang terlepas ketika ia berlari menuruni tangga ballroom. Kalau sepatu itu pas di kakinya, logikanya adalah, yang terjadi tidak mungkin TERLEPAS, melainkan CINDERELLA AKAN JATUH TERGULING-GULING. Ya lagian, lari pake heels di tangga. Kompetisi yang ada di Jakarta aja baru lari. Di bidang datar. Bukan lomba menuruni tangga dengan heels. Terlalu beresiko untuk kecengklak, dan bisa menyebabkan gegar otak bahkan kematian kalau kepleset kan?

Lucunya, ketika gue kecil dulu, semua terasa masuk akal. Nggak ada yang terasa janggal. Hanya rasa kagum sekaligus iri yang memenuhi kepala. Ingin jadi seperti Cinderella. Ingin dicintai oleh seorang pangeran. Lalu hidup bersama dan bahagia selamanya.

Kemudian gue menyadari, kalau ketika kita bertumbuh, masalah mulai datang silih berganti. Happily ever after tidak lagi semudah yang dulu diangankan. Cinta bukanlah jawaban semua persoalan. Heartbreaker pun kemudian mampu menyamar menjadi pangeran. Pangeran baik hati, akhirnya bersanding dengan sang ‘kakak tiri’.

Cerita Cinderella kini hanya menjadi dongeng yang dulu selalu didengar sebelum tidur. Bukan lagi menjadi mimpi. Dalam cerita Cinderella kini ditemukan berbagai missing piece dan kejanggalan yang tidak masuk di akal. Tidak sepenuhnya lagi dipercaya pernah hidup dan benar-benar nyata, karena sekarang, dongeng dan kenyataan sudah bisa dibedakan.

Ya, ketika cerita Cinderella tidak lagi masuk akal… mungkin karena kita sudah (beranjak) dewasa.


*Gambar diambil dari sini. Terima kasih :)

2 comments:

  1. ya ampun neng.. kemaren gw story telling sama anakku ya cerita cinderella yang dimodif begini.. logika dia ga masuk. sepatu kaca? kalo dibawa lari pecah bun'.. trus.. kan kaca tajam.. bla bla bla.. :)

    Anak 7 taun ngetawain cerita cinderella, dan yeess.. I agree, mari kita modif cerita2 yang ga logis ituuhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yap agree! Jangan terlalu dibiarkan ngawang2 di negeri dongeng, nanti dia kaget kalo liat kenyataan >.<

      Delete