“Cek email ya!”
SMS dan email rese yang selalu
gue kirim ke elo, kapan aja kepala ini buntu. Bisa pas tulisan gue udah jadi,
bisa pas cerpen gue masih setengah mateng, atau bahkan pas blogpost gue masih dalam bentuk ide. Seperti yang sudah-sudah, elo
hanya akan me-reply, “oke!” kemudian
gue akan duduk dan menunggu balasan dari email yang gue kirim. Beberapa saat
sesudahnya, balasannya akan datang, biasanya berupa komentar panjang,
kritik-kritik, dan missing link yang
terlupakan, yang diakhiri dengan salam yang nggak pernah senormal best regards. Love from your loyal readers, hopefully
helpful, Love from room 3x4 at
Jl. Sandang, atau keep on fire-lah yang
akan muncul di atas nama lo, Jesica Indah.
Elo masih jadi manusia dengan
persedian tolong terbanyak yang pernah gue kenal. Draft yang gue kirim berulang-ulang, cerpen nggak masuk akal, blog post yang isinya cuma curhatan, elo
baca serius dan teliti, sampai akhirnya email gue dibales dengan input-input
yang gue butuhkan untuk membuat tulisan-tulisan itu lebih baik… atau sering
kali, lebih masuk akal. Atau terkadang, sekedar mengingatkan untuk memberikan
pesan. Hal-hal penting yang lebih sering gue lupakan.
Elo masih jadi pembaca yang
selalu percaya gue bisa. Nggak pernah lelah waktu gue ribuan kali mau nyerah. Seems like you never lose your faith on me.
Jadi penenang waktu gue kecewa sama diri gue sendiri (hey, remember Rectoverso?). Jadi yang ‘mukul’ kepala gue untuk nunduk
waktu gue mulai ngerasa ‘bisa’. Jadi pengingat waktu gue mulai gampang berpuas
diri. Jadi tempat menangis waktu gue frustasi. Jadi penasehat paling bawel
masalah self satisfaction dalam
berkarya. Jadi penyemangat waktu gue ngerasa bodoh. Jadi pendengar setia untuk
seluruh ide yang muncul tiba-tiba, di saat semua orang sudah sudah terlelap dan
bermain-main dalam mimpi. Jadi ‘pembela’ waktu gue menyalahkan diri sendiri
karena sebuah kekalahan. Jadi teman berbagi, sahabat yang paling mengerti,
serta kakak perempuan yang berbeda mami papi.
Untung elo cewek ya. Kalo cowok,
mungkin gue dilema sampai mau bunuh diri waktu harus menentukan pilihan hati (you know what I mean (--,)).
Thanks ya. For being there for me through goods and bads. For the
inputs. For the critics, even sometimes I can’t handle it well. For never
getting tired of unlimited emails and text messages from me. For being a
reminder, best friend to slap me right on my face, and sister to comfort me. For
believing in me, always, even when no one else does.
Berhubung terima kasih lewat sms,
email, atau directly sudah terlalu mainstream,
mari kita coba versi lain. Lewat blog post!
HA! I wonder how your face looks like when you read this. Oh man, you
must be crying. I LOVE YOU! :))
Terakhir, please don’t get me wrong, gue nggak kelainan orientasi seksual,
hanya ungkapan terima kasih untuk seorang editor pribadi paling hebat, yang
juga seorang sahabat.
Love from tiny cubicle at Jl.
Arjuna,
Sarah Puspita
*Because 'Surat Cinta' is tooooo mainstream :D
*Because 'Surat Cinta' is tooooo mainstream :D
I TU FO TO GU E GE N DU T GI LA !!
ReplyDelete*kl ga komen gini ga seru yaaa*
thank you, so honored :')))
gaji saya mana?? saya dibayar pake pacar bule 1 bisa loh
. . .
coba kasih foto lo yang gak gendut, sini gue ganti :))
Delete*maap yak rina vio, kalian berdua gue potong :3*
MUAHAHAHAHAHA!
katanya nungguin dijemput mas adam (air)?