"Nggak bisa Di, besok gue harus ngerjain skripsi, sorry yah..."
***
"Udah Vel?"
Aku menggeleng lesu.
"Ya udah pelan-pelan aja, printer-nya emang suka kaya begitu, nggak sinkron sama print preview-nya. Gak apa-apa, diulang aja, yang penting nanti di kantor pajak bisa di scan, daripada nanti susah kalo nggak kebaca..." jelas mbak Mela.
Aku mengangguk lagi. Masih banyak yang harus aku kerjakan, dan semuanya terhambat karena printer sialan ini.
Aku menghela nafas kesal. Ingin rasanya kutendang kalau aku hanya berdua dengan printer ini.
"Mbak, aku ke toilet dulu ya..."
Mbak Mela hanya mengangguk singkat, kemudian fokus lagi pada pekerjaannya.
Aku melangkah ke toilet, sambil merutuk dalam hati. Hari keduaku di kantor ini, dan hampir dibuat mati karena kesal oleh sebuah printer. Sambil berkaca, aku berjanji akan bersenang-senang besok.
Lah katanya mau ngerjain skripsi? Otakku mengingatkan.
Kapan-kapan aja. Besok refreshing dulu. Dari pada gila. Sahutku asal.
***
"Mau nonton kayaknya besok, gue capek banget hari ini di kantor. Nggak jadi ngerjain skripsi ah."
"Lho, nonton di mana?"
"Belum tau, paling di Gandaria City deh, yang deket aja..."
"Sama siapa emangnya, Vel?"
Aku diam sejenak, memandangi layar smart phone-ku. Iya ya, sama siapa?
"Sendiri kayaknya." jawabku akhirnya.
"Gua boleh nemenin?"
"Lho, besok lo nggak ada acara emangnya?"
"Nggak ada nih, boleh?"
Aku menimbang-nimbang sejenak. Terpikir untuk menolak seperti yang sudah-sudah, tapi mau pakai alasan apalagi?
"Okay then, tapi di Gandaria City nggak apa-apa? Gue deketnya ke sana soalnya..."
"Nggak masalah, mau nonton yang jam berapa? Jam 12 oke? Mau dijemput?"
"Nggak usah, ketemu di sana aja ya. See ya!"
Pakai baju apa nih? Duh, flat shoes apa heels?
***
Gandaria City, 19 Januari 2013, 11:15
Duh, Vel. Ngapain sih sok-sokan blind date begini? Gimana kalo nanti elo diculik? Gimana kalo dia orang jahat? Kalo elo diapa-apain gimana coba? Kalo ternyata nggak nyambung gimana? Kalo ternyata orangnya mirip sama Tukul Arwana? Kalo elo nggak bisa ngenalin dia gimana? Kalo elo bikin malu gimana?
Aku kelimpungan meminta otakku untuk diam. Pegal rasanya khawatir terus-terusan dari semenjak aku bangun tidur pagi tadi. Sekarang aku sudah di sini, terlambat untuk membatalkan semuanya hanya karena ketakutan-ketakutanku tadi. Aku bergerak-gerak gelisah di hadapan rak buku. Berpura-pura membaca sinopsis cerita, padahal pikiranku melayang entah ke mana.
1 message received
"Gua agak telat nih kayaknya, tapi udah deket kok."
Aku tersenyum kecut. Aduh...
"It's okay. Take your time." balasku.
Kalo nggak nyambung gimana?
Ya ampun otak, ayolah, diam...
Nggak mau pulang aja?
...
***
"Gua udah sampe nih, elo di mana?"
"Rak buku anak-anak, di bagian belakang, sini :)"
Aku menghela nafas dalam-dalam. Jangan pingsan ya Vel, jangan pingsan.
Smart phone-ku berdering.
"Halo?"
"Gue udah di rak buku anak-anak nih, lo di mananya?"
"Gue juga di rak buku anak-anak kok, yang deket sama alat-alat musik kan ya?" Aku menengok ke kanan, sosoknya belum juga terlihat. Kemudian ke kiri...
Aku masih menganga, lupa menutup sambungan telepon. Ia yang kemudian menyadarkanku...
"Hai Vel, Ardi..." ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Eh? Velia..." jawabku sambil membalas uluran tangannya.
"Yuk, mau langsung beli tiket?" ajaknya.
Aku mengangguk kikuk.
"Yuk."
"Rak buku anak-anak, di bagian belakang, sini :)"
Aku menghela nafas dalam-dalam. Jangan pingsan ya Vel, jangan pingsan.
Smart phone-ku berdering.
"Halo?"
"Gue udah di rak buku anak-anak nih, lo di mananya?"
"Gue juga di rak buku anak-anak kok, yang deket sama alat-alat musik kan ya?" Aku menengok ke kanan, sosoknya belum juga terlihat. Kemudian ke kiri...
Aku masih menganga, lupa menutup sambungan telepon. Ia yang kemudian menyadarkanku...
"Hai Vel, Ardi..." ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Eh? Velia..." jawabku sambil membalas uluran tangannya.
"Yuk, mau langsung beli tiket?" ajaknya.
Aku mengangguk kikuk.
"Yuk."
***
No comments:
Post a Comment