Hari ini, 24 Juni, tepat dua
puluh tahun yang lalu, seorang teman Tuhan utus ke dunia untuk gue. Seorang
adik laki-laki yang dulu jadi teman bermain gue, tempat gue berkeluh-kesah
waktu gue dimarahin sama papa mama, tempat menangis bersama, teman bertengkar,
saudara untuk berbagi sepiring makanan, tempat tidur, bahkan bathtub dan pakaian.
Sayang, semua tidak berjalan
semulus yang orang tua gue inginkan. Sabetan demi sabetan pernah kami cicipi,
saat kami didapati bertengkar satu sama lain.
I wasn’t a good sister. Waktu kecil, gue yang selalu ngadu setiap
kali gue dipukul, dan ngancem supaya dia diem setiap kali gue yang kasar. Gue
yang suka mengkambing-hitamkan dia dalam berbagai kesalahan yang gue lakukan,
hanya supaya gue terhindar dari hukuman. Gue yang selalu lebih bisa memonopoli
perhatian, sedangkan dia yang lebih banyak diam.
Sedangkan dia adalah adik terbaik
gue. Waktu kecil, dia selalu diem dan
sabar saat gue jahat. Dia pernah dihukum karena gue, bukan karena kesalahannya.
Dia pernah minta maaf sama gue, meskipun gue sama salahnya. Dia selalu maafin
gue, segimanapun sakitnya hukuman yang dia jalanin karena gue. Dia yang lebih
banyak menangis diam-diam, karena katanya laki-laki harus lebih tegar.
Gue masih bersyukur sampai saat
ini, karena Tuhan tidak mengabulkan SELURUH permintaan gue. Karena permintaan bodoh
yang pernah terucap di antara ketidaktahuan dan kemarahan hanya akan melahirkan
penyesalan. Permintaan yang sempat terlontar di antara rasa marah atau kesal
yang menguasai pikiran. Pertengkaran, yang pada akhirnya berakhir dengan
jeritan dan tangisan perintah untuk menghilang antara satu dengan yang lain.
Saat itu, mungkin Tuhan hanya tersenyum ketika duduk menonton Sarah kecil yang
dengan emosi memanjatkan sebuah doa cepat agar ia kembali menjadi anak tunggal.
Ia tidak mengabulkannya sampai saat ini, dan gue sangat bersyukur untuk itu.
Ada penyesalan yang selalu terasa
sesak di dada setiap kali gue membuka lagi kenangan tentang masa kecil. Ada
hal-hal yang tetap tidak terbayar waktu gue menyadari, tidak ada yang bisa gue
lakukan untuk memutar-balikan waktu. Gue berubah. Dia berubah. Tapi masa lalu
itu selalu ada di sana, dan tetap sama. Menjadi pengingat bahwa gue pernah
menjadi kakak yang sangat jahat, dan dia selalu konsisten menjadi adik gue yang
baik. Menjadi pelajaran bahwa kesalahan yang dulu gue lakukan, lepas dari
ketidaktahuan gue, akan bertransformasi menjadi penyesalan yang kemudian
menghantui gue. Entah sampai kapan.
Hari ini, adik gue ini genap
berusia dua puluh tahun. Dia yang kini sudah jauh lebih tinggi dari gue, lebih
kuat, dan lebih tenang secara emosi. Dia yang bukan lagi adik kecil gue yang
dulu gue ajak main boneka atau monopoli. Dia yang mungkin sudah mulai mencintai
perempuan lain, di luar ibu dan kakaknya.
![]() |
ha. remember? |
Dia yang selalu dan akan selalu
bikin gue bangga,
dan dia yang sangat gue sayangi.
Happy Birthday. J
Kyaaaa! Baca post ini jadi kangen adikku deh (mereka seumuran hihii...).
ReplyDeletedan kayaknya kita juga sama, yah? sama-sama pernah jadi "kakak yang jahat" haha.. but at the end, lil bro is our protector besides Daddy. ^^
Happy 20th birthday to your lil bro, moga makin cakep dan diberkati *ganjen teteup* :D
Hehe iyaa, tapi dia udah maafin aku :") dia emang selalu jadi adikku yg paling baik :")
DeleteHehe, thank you ya dear! Amin :")
I'm your new reader. :)
ReplyDeletehappy bday to your lil brother, all d best for him :)
mungkin semua perasaan kakak di dunia ini sama, pernah dan (ada yang) masih jadi kakak yg 'jahat' ..
suka skali kalimat di atas dan di bwah foto kedua :)
hai Unni :)
DeleteTerima kasih untuk ucapan dan doanya ya, nanti aku sampaikan :D
Iya, kita semua pernah jadi anak-anak yang egois dan jahat :) Permasalahannya hanya mau berubah atau tidak :)
hehehe. Terima kasih sudah mampir dan main ke sini ya :)
Ditunggu kunjungan selanjutnya *hug!*