27/06/2013
Finally! Hari yang gue tunggu-tunggu. My last day. Hari terakhir gue di kantor
lama sebelum awal Juli nanti, gue akan pindah ke kantor yang baru. Lingkungan
yang baru, pekerjaan yang mungkin sama sekali berbeda, serta daerah kantor yang
sangat berlawanan.
Pertama kali gue memutuskan untuk
resign karena satu dan lain hal, yang gue yakini adalah, I wouldn’t miss my old office. Gue udah nggak betah, dan merasa
memang keputusan paling tepat adalah: pindah. Secepatnya. Segera.
Karenanya, begitu sebuah bbm blast dari temen kuliah menawarkan
sebuah lowongan kerja yang cocok dengan bidang studi gue, nggak mikir panjang, gue langsung apply. Puji Tuhan, diterima. Surat
penawaran pertama datang, dan banyak hal yang nggak cocok sama gue, sehingga
akhirnya gue dengan berat hati menolak. Beberapa minggu setelahnya, gue
ditelpon lagi sm perusahaan tersebut. Negoisasi terjadi, dan akhirnya gue setuju untuk gabung dan memutuskan akan mulai masuk di
awal bulan Juli.
Gue menghitung mundur hari-hari di kantor lama. Mengingat suka-duka yang gue lewati, kemarahan atau tawa yang gue bagi sama temen-temen kantor, kebaikan dan
keterbukaan mereka sama gue sepanjang setengah tahun yang gue lewati di sini.
Pembohong, kalo gue bilang gue nggak akan kangen sama kantor lama gue. A girl wouldn’t ever forget her first kiss,
right?
Kantor gue yang lama adalah
segala yang pertama buat gue.
Untuk pertama kalinya gue diinterview secara formal
(sebelum-sebelumnya pernah interview,
tapi untuk SPG, so it doesn’t count).
Untuk pertama kalinya gue kerja.
Untuk pertama kalinya gue ikut meeting.
Untuk pertama kalinya diomelin
waktu kerjaan gue belum selesai padahal udah mepet deadline.
Untuk pertama kalinya nangis
gara-gara tekanan kerjaan.
Untuk pertama kalinya dapet gaji
bulanan.
Untuk pertama kalinya dimarahin
dan diteriakin di depan umum.
Untuk pertama kalinya jadi jongos
dadakan.
Untuk pertama kalinya ngerasain
ngantor hari Sabtu waktu harus nyelsaiin SPT Badan.
Untuk pertama kalinya gue
akhirnya berani bilang gue nggak betah dan mau resign.
Dan masih banyak lagi untuk
pertama kalinya yang terjadi di kantor ini. Kejadian pahit ataupun manis yang
udah gue lewati, apapun itu, yang akhirnya menjadikan diri gue saat ini.
Bos lama gue bilang, nyari kerja
itu kayak nyari jodoh. Cocokan. Nggak ada kriteria pasti, banyak pertimbangan
yang harus dipikirkan, dan yang penting, kata hati. Karena banyak mereka yang
(sepertinya) udah sempurna kantornya, gajinya, kerjaannya, lingkungannya, namun
kemudian pindah ke kantor yang bahkan mungkin nggak sebonafit kantor lamanya. It happens.
Eventually, mungkin kantor gue yang lama bukanlah jodoh gue. But at least I tried. Hehe.
Untuk semua keluarga kantor lama
gue, terima kasih untuk bantuannya selama ini ya. Maaf suka nanya-nanya melulu,
maaf kalo bawel, maaf kalo ada salah-salah kata atau tindakan yang nggak
disengaja… and thanks for the memories!
Now, I’m ready to step forward with all the consequences of my decision.
Now, I’m ready to step forward with all the consequences of my decision.
Pray for
me, okay? J
Life is all about choices,
and choosing is all about taking steps forward,
and also risks that follow. –@sarahpuspita
No comments:
Post a Comment