Jumat, 16 Agustus yang lalu, gue
berkesempatan untuk menikmati liburan sepanjang 4 malam 5 hari di sebuah kota
yang cukup besar di Indonesia, Surabaya. Dengan penerbangan terpagi, pukul
5.30, gue udah duduk manis di pesawat yang siap membawa gue terbang ke kota
dengan lambing Hiu dan Buaya itu. I was
so excited sampe ngantuknya ilang entah ke mana. Padahal gue bangun jam 3
subuh. Hehe. Tapi segera, gue akan menginjakan kaki di Surabaya. Yang biasanya cuma
sekedar lewat, kali ini menginap dan jalan-jalan. It couldn’t be more fun!
Setelah dijemput oleh dua orang saudara (karena harus dua mobil), kami menuju ke Bu Rudy, sebuah resto yang terkenal banget di Surabaya karena sambal bawang dan ebi-nya. Karena yang khas di sana adalah nasi udangnya, maka gue memutuskan untuk mencoba nasi udang Bu Rudy yang terkenal itu. Nasi udang adalah nasi putih panas yang disajikan bersama ebi kering, empal, telur balado, sedikit sayur, dan serundeng (kelapa yang diparut, kemudian digoreng). Berhubung gue nggak doyan pedes (bahkan sampe nangis waktu ke’toel’ bumbu balado telurnya), maka gue nggak akan me-review resto atau makanannya di sini, karena pendapat gue nggak bakalan valid. Tapi yang pasti, kalo berkunjung ke Surabaya, sangat diharuskan untuk mampir dan mencoba nasi udang dan sambal legendaris Bu Rudy.
Selesai makan, kami menuju ke
rumah beberapa saudara untuk bersilaturahmi, kemudian berangkat ke Madura. Kami
melewati jembatan SuraMadu yang
belum lama ini baru saja selesai. Jembatan yang design sampai lampu-lampunya, nggak kalah keren sama Golden Gate Bridge di San Fransisco. Bahkan,
SuraMadu juga dilengkapi dengan jalur untuk sepeda motor. Namun, tarif tol ini terbilang
muahal banget. Dipatok Rp 30.000,- untuk mobil pribadi. :/
Sampai di Madura, kami makan (lagi) di restoran Bebek Sinjay. Restoran ini berada di Kanan jalan, tempatnya panas, teriknya matahari memperparah keadaan, tapi ruamenya bukan main. Baru setelah kami memesan dan menyantap bebek goreng lengkap dengan sambal mangganya, gue paham kenapa antriannya kayak bagi-bagi sembako gratis.
GILAK ENAK BANGET. Bebeknya sama sekali nggak alot, bumbunya menyerap sempurna, pun sambalnya padanan serasi untuk penganannya. Kalo diperhatikan, sepanjang jalan, banyak banget restoran yang menjual bebek goreng. Tapi yang rame ya cuma bebek Sinjay itu. Yang lain sepi.
Perut begah kenyang, kami
kembali ke Surabaya melewati jembatan SuraMadu yang kece itu. IYA KAMI SEGITU
HEDONNYA, BOLAK BALIK SURAMADU BAYAR RP 60.000,- CUMA BUAT MAKAN BEBEK GORENG
TRUS PULANG :)) Tapi berhubung bebek gorengnya enak, jadi yaaaah worth it kok. *lanjutin ngegayem bebek
goreng*
Sampai di Surabaya, kami menuju
ke House of Sampoerna. House of Sampoerna adalah sebuah museum
yang berisi peninggalan dan sejarah dari Grup Sampoerna Indonesia. D sini, kita
juga bisa melihat proses pembuatan rokok yang dikerjakan oleh buruh-buruh yang
tangannya nggak kalah cepet sama mesin. Sayangnya, pas kami ke sana, buruh-buruhnya
masih libur, jadinya kami cuma nonton videonya aja. Setelah keliling-keliling
di museum, kami menyempatkan ngemil di cafenya. Kami langsung disambut konsep
vintage yang bikin betah duduk lama-lama. Gue memesan es krim, kemudian ngobrol-ngobrol
sambil menikmati kentang goreng.
Meninggalkan House of Sampoerna,
kami check in di Mango HomeStay, kemudian
goler-goleran dan istirahat sebentar sebelum siap-siap dijemput untuk makan
malam. Walaupun HomeStay, kebersihan
dan kenyamanan kamar tetep terjaga lho. Plus ada air hangat dan disediakan
handuk bersih juga.
Sekitar pukul tujuh malam, kami
dijemput kemudian menuju ke Surabaya
Food Festival. Surabaya Food Festival ini, bentuknya kurang lebih kayak
Paskal di Bandung. Ratusan, bahkan ribuan jenis makanan ditawarkan oleh puluhan
kios-kios yang berjajar rapi. Dari mulai bakmi sampai sushi, semua ada di sini.
Malam pertama gue di Surabaya
ditutup dengan berbaring memperhatikan bulan purama yang bersinar super terang
sambil tiduran di rumput hijau. AHHH. I love holiday. *tepuk perut* *guling-gulingan di rumput*
No comments:
Post a Comment