“Sometimes you need to
step outside, clear your head, and remind yourself of who you are. And where
you want to be.” –Gossip Girl
Hehehe. Udah lama banget nggak
bikin postingan yang bisa gue taro di bawah klasifikasi #LetterToYou J
Dan hari ini, ada sebuah surat yang gue tujukan untuk seluruh pembaca www.sarahpuspita.com.
Yap, sejak tanggal 28 Agustus 2013 kemarin, sarah-puspita.blogspot.com resmi punya domain pribadi, jadi www.sarahpuspita.com
(tripel dabel yuw-nya jangan lupa ya J).
Thanks to Rido, akhirnya setelah gue
nyari ke sana ke mari, ketemu juga tempat beli domain yang nggak ribet dan gue
tinggal bayar trus terima beres aja (makasih mas Hendy!).
Domain pribadi ini dibeli dalam
rangka gue gegayaan, dan juga karena gue kesel sama tanda “-“ di sarah-puspita.blogspot.com.
Karena sarahpuspita.blogspot.com sudah nggak available, akhirnya gue harus nambahin tanda -. Ganggu, karena jadi
nggak seragam sama user id twitter
gue yang @sarahpuspita aja,
disambung semua. Akhirnya dengan berani, gue memutuskan untuk membeli domain
pribadi, supaya dapet sarahpuspita-nya. Tapi domain aja, nggak pake hosting. Hosting-nya mahal abisnya. :D
Alasan lain, karena gue pingin
ngedongkrak semangat gue untuk nulis. Biar nggak mood-mood-an aja. Gue
berharap, domain pribadi akan bikin gue tanggung jawab sama setiap rupiah yang
gue keluarkan, yang imbasnya adalah konsistensi dalam menulis. Yang suka ngeblog
dan mau tanya-tanya tentang gimana caranya punya domain pribadi, silahkan boleh
email gue di sarahpuspita@hotmail.com,
nanti gue kenalin sama Mas Hendy J
Nah balik lagi kenapa surat ini
gue tulis. Jadiiiii *tarik nafas*, beberapa hari ini, gue lagi melewati
minggu-minggu yang berat, baik di kantor maupun di rumah. He-eh, kesibukan yang
nggak ada habisnya, surat berharga yang ilang tiba-tiba, laporan keuangan yang
terus-terusan berubah, listrik yang lagi bermasalah, hingga akhirnya setiap sampe
di rumah, gue udah terlalu capek buat ngelakuin apapun selain tidur. Sudah
terjadi selama kurang lebih dua minggu, dan gue mulai merasa ini mempengaruhi
nggak hanya fisik, tapi juga psikis gue. I’m
one step closer to insanity.
Hayahahaha krisis di awal dua
puluh or whatsoever inilah yang
akhirnya membuahkan dua percakapan super panjang lewat whatsapp maupun langsung
sama dua sahabat kuliah gue. He-eh, semacem nyari temen gitu, pembuktian kalo
gue nggak stress sendirian. :))
Percakapan itu dimulai karena salah
satu dari mereka gue kirimin sebuah tulisan gue, dan respon yang gue terima
pagi ini di whatsapp adalah sebuah pertanyaan, “do you want to write a good article, or be a famous writer?” Gue
ngerti arah pertanyaan itu, jadi setelah gue jawab yang pertama, dia ngingetin
gue sama beberapa hal penting yang selama ini nggak gue sadari.
Hari Minggu kemaren, gue curhat
panjang lebar sama dia tentang kekecewaan gue… sama diri gue sendiri. Manusia
punya tolak ukur yang berbeda-beda sebagai ukuran kesuksesan. Ada yang dari
seberapa banyak uang yang dia dapetin, seberapa popular dirinya, bahkan ada
yang tolak ukurnya hanya sesederhana seberapa banyak followersnya di twitter. Relatif, dan honestly, menurut gue, sama sekali tidak ada yang salah. Kita
berhak kok menentukan masing-masing definisi ‘berhasil’ dalam hidup, selama
tidak merugikan dan mengganggu orang lain. J
Mari kesampingkan sedikit tentang
definisi kesuksesan di dunia kerja. Yang mau gue bahas di sini, adalah
eksistensi dan kesuksesan di dunia menulis. Ini versi gue ya, perlu diingat,
belum tentu sama dengan yang lain, dan biarlah seluruh salah paham dan sotoy di
postingan ini menjadi kesalahan gue.
Pertanyaan sahabat gue di atas,
kalo diterjemahin ke kalimat yang lebih sederhana, kurang lebih begini, “Do you write to express, or to impress?”
Gue menulis, pasti karena ada
tujuannya. Either itu berbagi,
berekspresi, dicintai, berkenalan dengan orang-orang baru, atau… traffic dan followers di twitter. Berbagi dan berekspresi itu memiliki dua
manfaat, yang pertama untuk diri sendiri, dan yang kedua untuk orang lain. Traffic dan followers di twitter, lebih ke arah aktualisasi dan pembuktian
diri. Gue-pun, secara sadar atau tidak, mengejar keduanya. Aktualisasi diri
merupakan bagian dari kebutuhan manusia yang terpenting, kan? Jadi sah-sah
saja.
Yang menurut gue agak menyimpang
adalah, ketika pengorbanan kualitas terjadi, hanya untuk mendapatkan
penghargaan. Maksud gue, nggak boleh dibalik. Tujuan utamanya adalah berbagi,
lalu kalo orang lain memberikan apresiasi, itu bonus. Bukan sebaliknya, menulis
untuk mengejar apresiasi dan kepercayaan diri.
Less or more, gue lagi seperti ini. Bukan, I didn’t write to chase high traffic or thousand followers on twitter.
No. But I did write to impress
people. A man, actually. Tau apa akibatnya? Ketika dia memuji, gue jadi
semangat luar biasa untuk nulis terus dan terus. Lupa tidur lupa makan lupa
kerja juga gak apa-apa. Tapi ketika dia lupa, sibuk, atau nggak lagi peduli,
kualitas tulisan gue merosot, dan mood
gue untuk nulis justru hilang sampai ke dasar. Dan gue mulai menilai diri gue
secara negatif… dan kejam. Bermula dari diam, gue mulai menilai kalo gue,
SECARA KESELURUHAN, gagal. Atau antusiasme yang dulu pernah diperlihatkan, bisa
jadi nggak nyata. J
Tolong jangan salah artikan ini, I do love writing, tapi gue baru saja
menyadari, bahwa tujuan gue sama sekali salah. Seharusnya, bukan karena gue mau
blog gue di baca. Seharusnya, bukan karena gue mau orang-orang bilang tulisan
gue bagus ATAUPUN gue bisa atau berbakat nulis. Seharusnya, bukan karena itu.
Seharusnya karena gue mau berbagi dan berekspresi. Melakukan sesuatu-syukur kalo
bisa membantu-lewat tulisan seperti postingan blog gue yang ini. :”)
Karena itulah, gue memutuskan
untuk mengambil liburan pendek dari dunia tulis menulis, untuk sementara waktu.
Gue harus pergi dulu, menjauh sejenak, untuk membereskan beberapa hal. Doakan
ya, semoga semuanya cepat rampung, dan si labil Sarah ini cepet nemuin solusinya.
Someday, gue akan kembali berbagi di
sini. Janji. *sodorin kelingking*
Terakhir sebelum gue pamitan, I would like to thank you all, for being
such a loyal reader, dari blog ini masih pake “-“, sampe sudah tripel dabel
yuw, alias udah punya domain pribadi. Terima kasih untuk semangat dan
dukungannya, baik yang terucap maupun tidak. Terima kasih nggak bosen-bosen
membaca setiap cerita yang gue tulis. Terima kasih untuk pernah tertawa dan
menangis bersama gue. Terima kasih untuk setiap mention, email, comment, bbm, dan feed back-apapun bentuknya, baik kritik maupun pujian-untuk gue. Terima
kasih untuk jadi teman-teman baru, bahkan sahabat-sahabat baru buat gue. Terima
kasih untuk perhatiannya, dari lubuk hati yang paling dalam, gue cuma bisa
bersyukur, sangat bersyukur untuk kalian :”)
Gue minta maaf kalo mungkin
selama ini ada kata-kata yang salah, kalimat-kalimat yang sok tau, atau opini
yang memihak di satu sisi. Maklumi ya, karena gue masih belajar, dan memang
sering salah, tapi mungkin pernah keras kepala waktu dibilangin.
Hehe. Akhirnya, terima kasih
(lagi) ya. Untuk semuanya. Gue pamit dulu, sampai jumpa di postingan berikutnya J
With Love,
Sarah Puspita
NB: Masih ada dua postingan yang
sudah di schedule di tanggal 14 September 2013 dan 02 Oktober 2013 J and... you guys definitely will be missed. :”)
No comments:
Post a Comment