Kurang lebih pukul tujuh, halaman
depan Night Safari udah rame dipadati
orang-orang yang menunggu pintu gerbang dibuka. Ada yang jalan-jalan di toko souvenir, makan dan ngemil-ngemil di food court, atau foto-foto dengan
patung-patung dan hiasan Imlek kayak kami ini:
*balada turis kere* *makanan sama
souvenir-nya mahal* *foto-foto aja
yang grates*
Setelah puas berfoto, kami
berjalan mendekat ke entrance gate,
tapi terhalang oleh keramaian yang menyemut di panggung yang terletak tepat di
samping food court. Karena penasaran
ada apa, maka kami ikutan nyari posisi untuk nontonin panggung… kosong :)))
Asli masih clueless bakalan ada apa, cuma ikutan orang-orang nunggu aja.
Setelah nunggu lama dan belum juga ada yang muncul, Roy sampe bilang, “Jangan-jangan
orang-orang di sini juga nggak tau lagi mereka nungguin apa. Cuman ikut-ikutan
doang.” :)))
Untunglah, beberapa detik setelah
kami berniat untuk pergi dari sana, muncullah dua orang laki-laki yang cuma
pake penutup aurat. Itu juga minimalis banget. Belom pernah ketemu FPI pasti
mereka. Kalo ketemu mah langsung diarak keliling kota kali.
Mari tidak fokus pada apa yang
mereka kenakan dan mulai membicarakan apa yang mereka lakukan. Ternyata, kedua
orang ini akan menari tarian api di panggung! Pantes kayak gitu bajunya ya.
Kalo pake topi sama baju kegedean mah mau break
dance doooong. Nama show-nya
sendiri adalah Thumbuakar Dance.
Seorang penonton diajak ikut bermain dengan api |
Mereka berdua melakukan atraksi seperti menyemburkan ‘nafas’ api, mematikan api dengan ‘menelannya’, memutar-mutar bola api, dan permainan-permainan api lainnya. Mereka berdua juga gak sadar, yang bikin penonton ‘panas’ justru bukan atraksinya sama sekali, tapi tubuh atletis mereka dan penutup aurat yang sama sekali jauh dari kata sopan. *ngelamun jorok*
Setelah Thumbuakar Dance selesai dan kedua lelaki itu kembali ke habitat
masing-masing, pintu masuk Night Safari
ternyata sudah dibuka. Kami langsung mengantri karena antian di depan pintu
masuknya sudah mengular panjang. Asiknya, tetep tertib dan nggak
dorong-dorongan walaupun ramenya na’adjubile.
Setelah berhasil masuk dan
melihat peta, kami baru menyadari bahwa ada dua cara untuk berkeliling di dalam
kebun binatang. Yang pertama adalah dengan menggunakan trem, dan yang kedua
adalah dengan berjalan kaki. Dengan pertimbangan masak dan kaki yang super
pegel abis jalan-jalan di River Safari,
maka akhirnya kami memutuskan untuk berkeliling dengan menggunakan trem terlebih
dahulu. Nanti kalo masih kuat, baru jalan.
Antrian tremnya panjaaaaaaaaaang
banget, tapi lagi-lagi, semuanya rapih dan tertib. Nggak ada yang
dorong-dorongan atau nyerobot. Semuanya nunggu giliran dengan tertib.
Untungnya, trem yang disediakan sama Night
Safari juga cukup banyak, jadi walaupun antriannya panjang minta ampun,
kami nggak keburu busuk gara-gara kelamaan nunggu.
Trem kami akhirnya datang! Kami segera
melompat masuk dan duduk. Lalu gue baru sadar kalo ternyata tremnya… nggak
punya pintu. Dalam kegelapan gue buru-buru buka dan berusaha membaca map, memastikan kita nggak akan melewati
kandang hewan buas pemakan daging. Ntar yang ada balik ke Indonesia gue udah
almarhum.
Sebelum gue selesai
mengidentifikasi apakah ada kandang karnivora berbahaya yang akan kami lewati,
trem sudah berjalan pelan meninggalkan stasiun. Gue melipat map, kemudian menaruhnya kembali di tas
sambil berdoa. Kepalang tanggung. Apa yang terjadi, terjadilah.
#SarahAnaknyaPasrahan
Sepanjang berkeliling dengan
trem, kami ditemani oleh seorang pemandu yang bahasa inggrisnya bagus. *sujud
syukur* Gue seneng banget, karena buat orang yang bahasa inggrisnya pas-pasan
macem gue ini, dengerin inggrisnya orang Chinese
sama aja kayak denger bahasa Jerman. Gak bakalan ngerti (T_T)
Trem mulai memasuki
habitat-habitat buatan untuk hewan-hewan seperti Flamingo, Bharal, Markhor,
dan Barasingha. Habitatnya dibuat
persis banget sama aslinya. Ambil contoh, penerangan di setiap penangkaran yang
sangat minimalis (gue gak bisa ambil foto sama sekali karena penggunaan flash
light dilarang keras), serta pohon-pohon besar yang sangat banyak dan rimbun. Kami
melanjutkan perjalanan menuju ke kandang Hyena,
Singa, Leopard, Beruang, dan Jerapah.
Kekhawatiran yang sempet gue rasakan di awal menguap seiring dengan bertambah serunya
petualangan kami. Trem yang berjalan pelan, kegelapan malam, suara-suara
binatang yang bersahut-sahutan, pepohonan di sepanjang jalan, dan angin dingin
yang membelai kulit membuat gue memejamkan mata sejenak sambil bersenandung
pelan. Aaaah mungkin begini ya rasanya kemping di hutan. *gelayutan sama
Tarzan*
Lebih jauh lagi, kami melihat
koleksi Cape Buffalo, Kudanil, Gajah,
Banteng, Tapir, Rusa, Badak, dan Serigala. Perjalanan mengelilingi kebun binatang
dengan trem berlangsung kira-kira 45 menit. Setelah kembali ke stasiun, kami
segera turun karena mengejar show
yang sebentar lagi akan berlangsung, Creatures
of The Night Show!
Show ini menampilkan atraksi
maupun interaksi dari berbagai binatang malam seperti Binturong, Rakun,
Serigala, Ular, dan Hyena. Nggak cuma
interaksi sama sang pawang aja, binatang malam yang ditampilkan juga berinteraksi
dengan penonton dan pengunjung kebun binatang. Interaktif, menghibur, dan luar
biasa keren. Lagi-lagi gue bersyukur, bahasa Inggris MC-nya bagus banget, jadi
gue nggak butuh translator selama
menonton show.
Oiya ada yang bikin gue kesel sih
pas nonton. Jadi kan udah dibilangin dari awal, dilarang keras memotret dengan
menggunakan flash light karena bisa
beresiko mengakibatkan kebutaan bagi satwa malam. Masih aja ada loh yang pake flash light. Trus ditegur langsung dari
atas panggung, dan MASIH saja menggunakan flash
light-nya. Either gak ngerti
bahasa Inggris atau emang tuli dari sananya, atau emang guuuuooooblok. Gatau
deh. Harusnya ada kebijakan, dilempar ke kandang Harimau aja orang-orang macam
itu. HIH.
Selesai menonton, karena masih
ada waktu, kami memutuskan untuk mencoba walking
trail-nya :D Walking trail di Night Safari terbagi menjadi empat,
yaitu Fishing Cat Trail, Leopard Trail, East Lodge Trail, dan Wallaby Trail. Setiap trail makan waktu kurang lebih dua puluh
menit.
Sekilas tentang Fishing Cat Trail, pengunjung diberi
kesempatan untuk melihat bagaimana Fishing
Cat berburu mangsanya. Sayang waktu gue ke sana Fishing Cat-nya lagi angot-angotan. Lama bener gegalauan mau
nerkamnya, padahal waktu kami nggak banyak. Jadi akhirnya kami nggak nungguin.
Lanjut ke Leopard Trail, di sini ada koleksi hewan favorit gue, Macan Tutul,
serta teman-temannya yang masuk ke dalam kategori kucing, tapi buas. Contohnya,
Clouded Leopard sama Golden Cat. Ada juga Kelelawar buah dan adorable Giant Flying Squirrel.
Memasuki East Lodge Trail, kaki gue mulai terasa berat. Yaiyalah ya, gak
berenti jalan dari siang. Tapi dikuat-kuatin karena kepingin liat Spotted Hyena dari dekat. Sayangnya,
biar udah deket kayak apa juga, karena gelap, gue nggak bisa foto sama sekali L Oh iya di trail ini
juga ada Babi Rusa, Anoa, dan Malayan
Tiger.
Sampe di Wallaby Trail, yang mana juga trail
terakhir, kami… lari, karena dikejar waktu. Udah jam setengah sebelas kurang,
dan hostel menetapkan peraturan check in
pukul 12 malam. Sedangkan jarak dari zoo
ke hostel lumayan jauh. Akhirnya karena gak mau rugi udah tanggung, kami
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tapi nggak berenti-berenti untuk
liat-liat. Walaupun buru-buru, gue masih sempet ngeliat Wallaby dari dekat dooong :D Di peta ada sugar glider juga, tapi sayang gue gak terlalu merhatiin mereka.
Pukul setengah sebelas kami sudah
duduk dalam perjalanan menuju hostel. Kami check
in pukul setengah 12 lebih, kemudian Roy dengan kejam menyeret gue ke kamar
mandi. Ya Tuhan kalo udah capek tuh ngeliat ranjang bawaannya mau selonjoran
langsung ya, tapi gak boleh (T_T) Harus mandi dulu (T_T) Abis mandi gue
disuapin tolak angin, trus disuruh istirahat cukup, karena besok kami akan
pergi ke… UNIVERSAL STUDIO!
Asik, habis dari kebun binatang, langsung ke Universal Studio \o/
ReplyDeleteTungguin yaaa! Besok postingan Universal Studio naik :>
Delete