Badan gue membeku, sementara otak gue otomatis mengkalkulasi akibat-akibat dari raibnya si tiket.
1. Ikhlasin deh itu kembang api, karena tentunya, kami nggak bisa balik ke Disneyland.
2. Adios, Disney Parks hari ketiga.
3. Berhubung besok nggak balik lagi, itu artinya kami cuma punya waktu kurang lebih tiga jam untuk naik seluruh wahana dan nonton seluruh show di sini (yang mana tentu mustahil ya). Manalah WDS tutupnya jam 6 sore, bukan jam 9 kayak DL.
4. Kalo mau beli tiket ketengan... per orangnya kira-kira sejuta rupiah, yang mana nggak mungkin, kecuali rela makan siang aer putih selama tiga hari ke depan.
2. Adios, Disney Parks hari ketiga.
3. Berhubung besok nggak balik lagi, itu artinya kami cuma punya waktu kurang lebih tiga jam untuk naik seluruh wahana dan nonton seluruh show di sini (yang mana tentu mustahil ya). Manalah WDS tutupnya jam 6 sore, bukan jam 9 kayak DL.
4. Kalo mau beli tiket ketengan... per orangnya kira-kira sejuta rupiah, yang mana nggak mungkin, kecuali rela makan siang aer putih selama tiga hari ke depan.
Air mata gue udah ngintip di sudut mata. My God, how can I be so reckless?
"Aku coba urus ya tiketnya, siapa tau bisa print ulang? Aku bawa kok booking confirmation-nya." tawar Roy.
Gue cuma bisa menggeleng pelan. Rasanya nggak mungkin. Soale kalo bisa, pasti banyak dimanfaatin untuk multiplikasi tiket. Belinya dua, bilang ilang padahal enggak, minta print ulang, dapet dua lagi, jadi empat tiket deh. Pasti Disney Parks udah mikirin ini, atuh. Gue yang oon aja tau.
"At least aku coba dulu ya. Kamu di sini aja, antri. Aku ke depan dulu, nanya sama informasi. Yah?"
Pada akhirnya, gue meng-iya-kan tawaran Roy bukan karena gue hopeful nan optimis, tapi karena ingin menghargai usahanya. Roh gue udah terbang setengah sejak sadar tiketnya ilang. Akibatnya, gue susah diajak ngomong karena lagi sibuk sibuk nyesel dan nyalahin diri sendiri dalem hati. Roy pasti bingung kudu gimana.
Satu lagi yang bikin makin sedih adalah, Roy sedikitpun nggak marah. Padahal, kecerebohanku ini akibatnya fatal banget. Bikin berantakan semua. Semisal situasinya dibalik, murka gue pasti udah meledak dari detik pertama. But instead, dia malah bantuin cari jalan keluar, yang meski kedengeran nggak mungkin, namun sungguh membuktikan dese sayang sama gue.
Di saat yang sama dengan Roy keluar dari antrian, gue masuk ke tahap depression dari 5 stages of grief. Selama beberapa menit ke depan, gue cuma duduk nyender ke dinding dengan tatapan kosong. Semua emosi rasanya campur aduk jadi satu. Kesel, sedih, bingung, dan entah apa lagi. Nggak tau musti gimana.
After a while, I begin to ask my self, what's next? Oke, tiketnya ilang, nggak ada hari ketiga untuk WDS, nggak ada kembang api, dan hanya tersisa tiga jam untuk main di WDS. Selanjutnya mau gimana? Cepetan pikir.
Laaah, udah sampe acceptance aja. Either anaknya beneran lapang dada, atau emang pasrah dan lemah.
After a while, I begin to ask my self, what's next? Oke, tiketnya ilang, nggak ada hari ketiga untuk WDS, nggak ada kembang api, dan hanya tersisa tiga jam untuk main di WDS. Selanjutnya mau gimana? Cepetan pikir.
Laaah, udah sampe acceptance aja. Either anaknya beneran lapang dada, atau emang pasrah dan lemah.
Kepala gue mulai sibuk nyusun strategi. Terpaksa nyoret beberapa wahana inceran, karena dari perkiraan waktunya, udah pasti nggak akan cukup kalo ambisius mau main semua. Gue saring sampe jadi tinggal dua wahana: Ratatouille: The Adventure dan Crush Coaster. Dengan informasi waiting time yang gue dapet dari apps, dengan asumsi Roy balik tepat waktu dan kami lari, harusnya we can make it. Meski rada mepet.
Masalah besok mau ke mana, nanti malem deh, baru diskusi sama Roy.
Gue lagi melototin peta dan layar hp ketika Roy yang mandi keringet nyelinap masuk ke garis antrian. Dengan senyum lebar, dia ngacungin dua buah tiket ke idung gue. "Bisa nih!"
Gue melongo. Masih belum kelar mencerna. Bisa apaan?
"Bisa print ulang tiketnya. Aku tadi ke informasi di depan, trus mbaknya bilang kemungkinan susah karena kita beli tiketnya online. Tapi dia nyuruh aku coba ke customer service di luar WDS. Yaudah aku lari ke sana. Sampe sana, aku ceritain kejadiannya, trus diminta isi formulir, trus tiket kamu di-print-in ulang deh. Nih!"
Wait, wha--?
"Hello, I'm Moana of Motunui, it's a pleasure to meet you! Please put your bag over there. Where are you from?"
Gue cuma nyengir saat Moana tiba-tiba nongol di depan, kemudian nyerocos sambil ngegandeng tangan gue. "Uh, I'm from Indonesia."
"Where is it? Can I go there with my canoe?" tanya doi sambil membubuhkan tanda tangannya di buku gue.
Well, about that...
"Okay, let's take a pic! Is this your husband?"
"Mb saya belom sempet jawab loh mb, abis mb merepet melulu huft." Tentu saja ini dalem hati ya. Nyatanya mah, gue mengangguk sambil senyum bangga. "Yes, this is my wonderful, wonderful husband."
"Mb saya belom sempet jawab loh mb, abis mb merepet melulu huft." Tentu saja ini dalem hati ya. Nyatanya mah, gue mengangguk sambil senyum bangga. "Yes, this is my wonderful, wonderful husband."
Sekeluarnya dari Art of Disney Animation, gue peluk Roy tanpa berniat ngelepasin sampe setengah jam ke depan. Yang dipeluk sampe ketawa karna gue kekeuh nemplok. I don't know what I ever did to deserve you, darling. But I am forever grateful.
Di tengah angin dingin yang mulai nabok-nabok pipi, Roy ngajak nyari jajanan karena dia laper.
Okehlah, yok mari! Beli apa juga bole! Nyonya lagi hepi!
Okehlah, yok mari! Beli apa juga bole! Nyonya lagi hepi!
ya tapi nggak di sini juga sik... |
Kami menuju ke Toon Studio. Tadinya mau makan di Bistrot Chez Remy, tapi setelah ngeliat menunya, kami langsung mundur teratur. Sungguh nggak baik buat kesehatan... kantong. Dari sana, kami ngintip antrian Ratatouille: L'Aventure Totalement Toquee de Remy (atau singkatnya, Ratatoullie: The Adventure), berhubung bangunannya side by side.
Sebenernya, gue pingin loncat masuk, nggak peduli fastpass-nya udah abis dan antriannya 120 menit sendiri. Ratatouille adalah film Pixar favorit gue so far. Berhubung kalah populer dengan film Pixar lain (Finding Nemo dan Monster Inc., misalnya) nggak banyak Disney Parks yang ngangkat mereka. Makanya begitu tau Ratatouille: The Adventure ada di WDS Paris, gue semangat banget. Meski identical ride akan bisa juga ditemui di Epcot WDW, kan setting film-nya di Paris. Tentu bakalan lebih afdol main di mari kan, ketimbang di US? Wahana ini juga dipuja-puji dan jadi primadona semua orang di forum-forum Disney Parks. Terbaeq, pokoknya. Kinda hard to hold that kind of excitement, don't you think?
Tapi yasalam, mas suami ternyata ogah berdiri dua jem dengan perut laper, nggak peduli istrinya udah praktekin kitty eyes sampe mata pedes. Gue akhirnya nyerah dan terpaksa menahan ke-ngebet-an ini dengan perjanjian, besok kemari subuh-subuh. Jadi begitu WDS buka, langsung lari ambil fastpass-nya. Good idea!
Perjalanan mencari jajanan berlanjut. Kali ini, kami mengarah ke Back Lot.
Pas lagi frustasi kenapa bolak-balik ketemu ice cream cart melulu di tengah dinginnya angin musim gugur, kami lewatin Rock 'n Roller Coaster Starring Aerosmith. To my surprise, antriannya 5 menit doang. Mengingat wahana ini punya fastpass, antrian 5 menit kok rasanya sayang ya dilewatkan begitu saja.
Eee ternyata Roy juga ngebatin hal yang sama. Walhasil agenda ngemil di-postpone dulu, dan kami belok menuju pintu masuk.
(to be continued)
Sebenernya, gue pingin loncat masuk, nggak peduli fastpass-nya udah abis dan antriannya 120 menit sendiri. Ratatouille adalah film Pixar favorit gue so far. Berhubung kalah populer dengan film Pixar lain (Finding Nemo dan Monster Inc., misalnya) nggak banyak Disney Parks yang ngangkat mereka. Makanya begitu tau Ratatouille: The Adventure ada di WDS Paris, gue semangat banget. Meski identical ride akan bisa juga ditemui di Epcot WDW, kan setting film-nya di Paris. Tentu bakalan lebih afdol main di mari kan, ketimbang di US? Wahana ini juga dipuja-puji dan jadi primadona semua orang di forum-forum Disney Parks. Terbaeq, pokoknya. Kinda hard to hold that kind of excitement, don't you think?
Tapi yasalam, mas suami ternyata ogah berdiri dua jem dengan perut laper, nggak peduli istrinya udah praktekin kitty eyes sampe mata pedes. Gue akhirnya nyerah dan terpaksa menahan ke-ngebet-an ini dengan perjanjian, besok kemari subuh-subuh. Jadi begitu WDS buka, langsung lari ambil fastpass-nya. Good idea!
Perjalanan mencari jajanan berlanjut. Kali ini, kami mengarah ke Back Lot.
Pas lagi frustasi kenapa bolak-balik ketemu ice cream cart melulu di tengah dinginnya angin musim gugur, kami lewatin Rock 'n Roller Coaster Starring Aerosmith. To my surprise, antriannya 5 menit doang. Mengingat wahana ini punya fastpass, antrian 5 menit kok rasanya sayang ya dilewatkan begitu saja.
Eee ternyata Roy juga ngebatin hal yang sama. Walhasil agenda ngemil di-postpone dulu, dan kami belok menuju pintu masuk.
(to be continued)
Namanya masih rejeki ya Sar udah hopeless ternyata bisa diprint ulang dan Kak Roy sabar banget asli. Lucky you! Btw, happy new year Sarah dan Kak Roy!
ReplyDeleteHappy new year Ichaaa, maafkan ini balesnya telat bener, hahaha. Iyaa parah sih aku merasa bersyukuuuur banget buat segalanya pasca kejadian si tiket ini :))) Drama banget, pas kejadian rasanya dunia runtuh, tapi karena happy ending jadi bisa diceritain di blog deh :))
Delete