PDKT adalah masa-masa yang paling manis dan
menyenangkan. Saat-saat di mana pasangan rela melakukan apa saja untuk wanita
yang dicintainya. Saat si wanita-nya melakukan berbagai hal manis untuk
pasangannya. Saat setiap tempat yang dikunjungi, berubah menjadi taman bunga.
Saat cinta terasa hangat karena baru saja menyapa. Saat perbedaan pendapat
masih dapat dijembatani, segala kekurangan masih dapat dipahami.
Iyakah?
Dulu, saat gue ada di fase ini,
yang gue pikirkan justru sebaliknya. Gue sangat takut.
Takut jatuh cinta (walopun udah
-,-). Takut salah mengerti (we all know, PDKT is all about sandi kan?). Takut
kege-eran. Takut ini hanya cara berteman orang kebanyakan. Takut perhatiannya
bukan bermaksud sayang, melainkan bentuk nyata persahabatan (siapa bilang yg
ngalamin being friendzoned cuma laki-laki?). Lebih dari segalanya, takut sakit,
karena sesadar-sadarnya gue sadar, gue mulai sayang sama dia.
Kehilangan (bahkan) sebelum
memiliki itu pedih tak terkira loh. Masalahnya nggak bisa. Lo nggak bisa bilang
lo kehilangan orang yang nggak pernah lo miliki kan? Lo nggak bisa nyalahin
dia, kalo pada akhirnya lo hanya ditempatkan nggak lebih dari seorang sahabat.
Lo nggak bisa nyalahin siapapun. Yang lo bisa lakukan, hanya berbalik,
memaafkan, dan menganggap semuanya hanya kebodohan lo.
(Anyway gue berbicara di sini
kalo si cowok nggak maksud mem-PHP-kan yaaa. Kalo masalahnya si cowok PHP, itu
mah blog post yang ini :D)
Ini yang saat itu memenuhi kepala
gue. Mencoba mengerti pun nggak banyak membuahkan hasil, karena seperti yang
kita ketahui, standar semua orang berbeda-beda, kan? Cara berteman dan
bersahabat setiap orang juga berbeda-beda. Perlakuan manis yang lo artikan
lebih, belum tentu maksud yang mau diutarakan memang seperti itu. Perhatiannya,
belum tentu berniat untuk memberi lo signal kalo dia juga tertarik. Percayalah
dears, belum tentu, bahkan jika elo nggak dideketin sama seorang PHP yang
brengsek. They don’t mean to hurt you.
Cuma kadang kita salah mengartikan, salah mendefinisikan, akhirnya kege-eran
dan berujung perih sendirian.
Tapi kembali lagi, it’s all about perspective.
Gue adalah tipe orang yang sangat
gampang memikirkan dan memproyeksikan kemungkinan terburuk dari sebuah situasi.
Jadi begitulah pemikiran gue tentang PDKT. Momen di mana ketidakpastian nggak
mungkin lo tuntut. Karena lo nggak berhak. Karena nggak ada hal lain yang bisa
lo lakukan selain menunggu, dan berharap.
Di luar sana, atau mungkin elo,
ada juga orang-orang yang hanya fokus dengan manisnya. Karena itu merupakan kelemahan
sebagian besar wanita. Dan lo jadi rela melakukan apa aja, termasuk ngasih hati
lo 100% ke orang yang belum tentu punya perasaan yang sama. Saat kepastian
mungkin jadi hal yang paling lo harapkan, karena lo udah jatuh terlalu dalam.
Analogi gue tentang PDKT itu, ya roller coaster. Ibaratnya, lo akan naik
sebuah roller coaster, dan mas-mas
penjaganya bilang kalo roller coaster-nya
baru aja dibetulin, jadi lo akan sampai dengan selamat, tanpa kurang suatu
apapun. Lo pasti bisa naik roller coaster itu, jerit-jerit, ketawa-ketawa
dengan tenang kan?
Di roller coaster yang sama, ketika lo mau naik, mas-mas penjaganya
bilang kalo roller coaster itu sudah usang,
jadi ada kemungkinan relnya akan putus, entah di bagian yang mana. Tapi bisa
juga, lo kembali dengan selamat. Fifty fifty.
Lo masih mau naik nggak? Kalo masih mau, kira-kira lo bakalan happy jejeritan, atau diem nungguin
kapan relnya putus?
Betapa mahalnya arti sebuah kepastian keselamatan (hati) di sini.
PDKT hanya punya tiga ending.
Bahagia, menyakitkan di salah satu sisi, atau menyakitkan keduanya. Hanya punya
tiga kemungkinan. Pacaran / jadian, tetap jadi teman / sahabat, atau jadi
musuh.
Kalo lo lagi ada di fase ini,
nikmatilah. Harus gue akui, gue lagi ngeliat ke belakang, and I miss those moments. Karena pasti ada yang berubah, saat PDKT
dan di masa menjalin hubungan dengan status pacaran. Perubahan pola pikir,
tingkah laku, tindakan, perhatian, kesibukan, dengan sederet alasan dan faktor
yang tidak lagi bisa ditawar. Percayalah, it happens.
Tapi kembali lagi,
pertimbangkanlah sisa dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, sepahit apapun
itu. Persiapkan diri. Kalo lo ngerasa akan mati ketika jatuh dari ketinggian
500m, cobalah jangan berharap sampai ketinggian tersebut. Set your expectation, di mana ketika lo yakin kalopun lo jatuh dari situ,
hanya akan berakhir dengan sakit yang bisa sembuh, bukan mati. Karena ada
hal-hal yang nggak bisa kita atur di luar sana. Karena ada keadaan yang nggak
bisa kita protes ketika itu terjadi. Nggak bisa disiasati selain dengan
menyiapkan diri. Karena yang bisa menjaga hati lo, hanya diri lo sendiri.
Hope and pray for the best. But... prepare for the worst, girls.
Hope and pray for the best. But... prepare for the worst, girls.
ceceh add aku dong :3
ReplyDeletesudah sayaaaang ;*
Delete