Dua puluh tiga tahun.
Bukan waktu yang singkat untuk dilewati bersama.
Terkadang ada air mata, namun juga tawa.
Terkadang ada duka yang menyapa, namun juga suka.
Terkadang ada kemarahan, namun juga kesabaran.
Terkadang ada salah paham, namun juga pengertian.
Terkadang ada tangis, namun juga senyum manis.
Terkadang ada perbedaan pendapat, namun juga usaha untuk
seiya sekata.
Terkadang ada kejatuhan, namun juga semangat dan harapan
untuk bangkit.
Terkadang semua tidak berjalan mulus, namun tetap ada cinta
yang tulus.
Dua puluh tiga tahun, melewati semuanya berdua.
Dua puluh tiga tahun, menjadi teladan arti kata kesetiaan.
Dua puluh tiga tahun, mereka telah bersama. Berbagi suka
dengan duka, bersama saat sehat dan sakit, membentuk sebuah surga kecil bernama
keluarga, dilengkapi dengan seorang anak perempuan dan laki-laki yang kini
mulai beranjak dewasa.
Dua puluh tiga tahun yang bukan hanya berisi kenangan indah,
namun juga air mata, kesulitan, dan rasa sakit yang dalam beberapa waktu
menyapa, namun kesetiaan mereka tetap terjaga.
Dua puluh tiga tahun dan masih menghitung. Mensyukuri
moment-moment yang telah terlewat, dan menanti rancangan dan rencana Tuhan
untuk mereka berdua di depan.
Dua puluh tiga tahun tinggal di bawah satu atap, menanti satu
dengan yang lain pulang ke rumah ketika malam menjelang.
Dua puluh tiga tahun menjadi teman sejiwa dan pasangan hidup.
Dua puluh tiga tahun bersama-sama menepati janji yang pernah
terucap di hadapan Tuhan di Altar.
Dua puluh tiga tahun yang sesekali dihampiri cobaan, namun
fondasi cinta yang dibangun kuat bertahan.
Dua puluh tiga tahun.
Cinta mereka masih bergema memenuhi rumah.
I’m grateful for you two.
Happy anniversary, mom and dad. I love you both. J
No comments:
Post a Comment