Inget Hollywood Dream - The Ride-nya Universal Studios Japan yang pernah gue ceritain di sini? Nah, Rock 'n' Roller Coaster Starring Aerosmith ini kembarannya, cuma 'baju'nya aja yang agak berbeda. (anaknya males jelasin ulang)
Intinya naik roller coaster, diiringi sama musik kuenceng yang keluar dari speaker di kanan kiri kuping. Biar apa, nggak paham juga ya. Mau ikutan nyanyi kagak bisa, joget apalagi. Sungguh nirfaedah.
Anyway, berhubung host wahana ini adalah Aerosmith, garis antriannya dibikin seolah di dalem studio rekaman. Pre-show-nya pun interaktif. Dari sebuah layar, Aerosmith tiba-tiba nengok dan menyadari kehadiran pengunjung, trus cuap-cuap ngajakin ngobrol. Beneran dilengkapi dengan jeda macem Dora The Explorer gitu lho, di mana kita harusnya bisa ngejawabin. Mayan deh ya, ikrib biar cuma sama screen.
Kelar 'ngobrol', kami menuju parking garage, di mana sebuah 'limo' (bentukannya jauh bener dari actual limo, btw #yaiye) yang bakalan nganter kami ke backstage-nya konsen Aerosmith menunggu. We hop in, pasang seat belt, kemudian mulai komat-kamit berdoa dalem hati ketika roda-roda di bawah mulai bergerak. Hal terakhir yang gue inget cuma count down sebelum 'limo' kami tau-tau melesat dengan kecepatan yang maha dashyat. Rontok jantungku, maaak.
Kenapa deh gue jadi penakut begini? I was once a dare devil huhu. Sekarang masa ketemu indoor roller coaster aja syok berat sampe butuh time out lima menit setelah turun? Huuuu.
Begitu muka udah nggak pucet-pucet amat, perjalanan mencari cemilan berlanjut. Jalan tak tentu arah ke sana ke mari, tapi belom juga ada yang sreg di perut. Sampe akhirnya ketika buka peta, mata gue tertuju pada section quick meal di Disneyland Park. OMAGAH, they have something Roy wouldn't say no to.
"Hun, apa mau balik ke Disneyland? Di Hakuna Matata Resto ada meatballs and rice."
Mata bojoku langsung membulat, dan ekspresinya berubah. Seolah doi telah nemuin tujuan hidup baru.
Tanpa babibu lagi, balik deh kami ke Disneyland. Untung punya tiket yha. Abis itu langsung lari ke Adventureland. Puji Tuhan sukses, meatballs-nya endeus, dan nasinya... God knows how much we miss you, nasi. *comotin sampe nggak bersisa sebijipun*
Meski syebel sama porsinya (yang kicik) dan harganya (yang mehong), kami keluar resto dengan hati hepi dan perut kenyangtanggung.
Meski syebel sama porsinya (yang kicik) dan harganya (yang mehong), kami keluar resto dengan hati hepi dan perut kenyang
Ke mana kah selanjutnya kami menuju?
Berhubung hampir semua wahana inti kayaknya udah keicip semua, jadilah gue dan Roy mengikuti ke mana kaki membawa aja. Jalan-jalan santai sambil menikmati sore di Disneyland. Malah sempet video call sama papa mama (thanks to koneksi internet 4G LTE Passpod), meski mereka nggak bosen-bosen nanya, "Lah masih di Disnilen? Belon bosen? Nggak ke Eiffel?". Duile, nggak tau aje, anaknya kalo dibolehin bikin tenda di sini mah disobek itu tiket pulang...
Ketika Disney Stars on Parade mulai dan sebagian besar pengunjung tumplek blek di rutenya, gue dan Roy menyelinap masuk ke It's a Small World. For the record, 'istabon' di mari nampaknya merupakan salah satu wahana favorit. Kemaren, pas iseng-iseng lewat sini, waiting time-nya sungguh bikin terkedjoet. 90 menit qaq. Lama beneeer untuk ukuran It's a Small World.
Makanya, kami akalin dengan nunggu semua orang turun ke jalan. Tentu bukan buat demo ya -secara di sini nggak ada monas- tapi buat nonton parade. Dan scoreeee! Antriannya 5 menit saja alias langsung hop in.
Meski ada di hampir seluruh Disney Parks di dunia, nenek moyang istabon ini nggak pernah keluar dari list must ride versi gue lho. Isinya sih emang mirip-mirip, but come on, it's the happiest cruise that ever sailed. Masa dilewatin?
(Curiga jiwa ini sebenernya toddler nggak sih? Casing-nya aja yang dua lima (AMASA?).)
Dari It's a Small World, gue dan Roy udah bener-bener mati gaya. Bingung mau ngapain lagi, sementara kembang apinya masih lama. Yastra, jadilah kami main wahana-wahana yang belom dimainin tapi kurang penting macem Le Carrousel de Lancelot,
foto-foto di Tomorrow Land,
sampe nonton ulang The Starlit Princess Waltz, demi kesempatan fangirling ke abang Flynn.
Dipikir-pikir, ke Disneyland ini emang kek makan indomie ya. Satu (hari) kurang, dua (hari) kebanyakan. Dilema.
The rest of the day kami habiskan dengan makan hotdog sambil duduk di pelataran istana. Sekalian nge-tek tempat buat nanti malem. Biar bolak-balik kehajar angin, ditahan-tahanin demi kembang api! *telen Antangin sekerdus*
Oh ya, di sini, kami ketemu fellow Indonesian yang duduk nggak jauh di depan. Roy taunya gara-gara nggak sengaja denger mereka ngobrol pake bahasa Indonesia. Ingin hati negor -apalagi anaknya gemay banget-, tapi malu.
Detik-detik menjelang mulainya pertunjukan kembang api, betis gue udah hampir kebas. Legging tipis demi jadi minimos, ngemper di lantai semen, dan suhu yang turun karena matahari menghilang bukanlah kombinasi yang baik.
Untungnya, The Spectacularly Sparkly Disney Illuminations Show emang terbukti layak ditunggu. Bener deh, Disney emang nggak pernah setengah-setengah soal kembang api. Sanking spektakulernya, gue sampe kepikiran, abisnya berapa yuta ya, semalem?
Like I once said, this is exactly the best way to end your magical day.
Langsung lupa deh tadi menggigil sampe kudu pake minyak kayu putih di tangan dan kaki biar angetan. Musik, video mapping, laser, air mancur, sampe kembang apinya ditata dengan rapih mengelilingi istana yang pada dasarnya udah cakep banget itu. Setiap bagiannya intense, terbukti tiap kali gue mikir, "Hanjeeer ini udah yang paling oke sih", eeeh ada lagi yang lebih warbyasak.
Kami nonton sampe show-nya bener-bener kelar, dengan resiko keluar dari taman berbarengan dengan puluhan juta manusia lain, karena berbarengan dengan tutupnya Disneyland. Gue udah mempersiapkan diri kalo-kalo chaos banget. Eh surprisingly, tertib dan nggak horor antrinya. Mungkin karena crowd-nya kebelah juga dengan yang masuk souvenir shop kali ya. Sementara yang jelata kayak kami mah, langsung cus pulang.
Final touch yang juga menyenangkan dari kunjungan kami hari ini: we get to say goodbye to Mickey Mouse! Jadi, di atas gate, Mickey Mouse tiba-tiba nongol untuk dadah-dadah sama pengunjung yang keluar. Simple gesture, tapi sungguh amat manis menurut gue.
Gue dan Roy disambut oleh stasiun yang udah berubah jadi lautan orang, serta kereta yang penuh sesak. Nggak kaget sih, secara ini emang resiko pulang di jam tutup. Dan untung, hotel kami deket. Cuma satu stop aja.
Lagian, I've got nothing to complain about. We just had the happiest day at the happiest place on earth. And, as if that wasn't enough, besok kami bakalan balik lagi! Ke Walt Disney Studios, tentunya. Tak sabaaaar!
Ratatouille, tunggu aku yah!
Berhubung hampir semua wahana inti kayaknya udah keicip semua, jadilah gue dan Roy mengikuti ke mana kaki membawa aja. Jalan-jalan santai sambil menikmati sore di Disneyland. Malah sempet video call sama papa mama (thanks to koneksi internet 4G LTE Passpod), meski mereka nggak bosen-bosen nanya, "Lah masih di Disnilen? Belon bosen? Nggak ke Eiffel?". Duile, nggak tau aje, anaknya kalo dibolehin bikin tenda di sini mah disobek itu tiket pulang...
Ketika Disney Stars on Parade mulai dan sebagian besar pengunjung tumplek blek di rutenya, gue dan Roy menyelinap masuk ke It's a Small World. For the record, 'istabon' di mari nampaknya merupakan salah satu wahana favorit. Kemaren, pas iseng-iseng lewat sini, waiting time-nya sungguh bikin terkedjoet. 90 menit qaq. Lama beneeer untuk ukuran It's a Small World.
Makanya, kami akalin dengan nunggu semua orang turun ke jalan. Tentu bukan buat demo ya -secara di sini nggak ada monas- tapi buat nonton parade. Dan scoreeee! Antriannya 5 menit saja alias langsung hop in.
we love easter egg! |
another one |
Meski ada di hampir seluruh Disney Parks di dunia, nenek moyang istabon ini nggak pernah keluar dari list must ride versi gue lho. Isinya sih emang mirip-mirip, but come on, it's the happiest cruise that ever sailed. Masa dilewatin?
(Curiga jiwa ini sebenernya toddler nggak sih? Casing-nya aja yang dua lima (AMASA?).)
Dari It's a Small World, gue dan Roy udah bener-bener mati gaya. Bingung mau ngapain lagi, sementara kembang apinya masih lama. Yastra, jadilah kami main wahana-wahana yang belom dimainin tapi kurang penting macem Le Carrousel de Lancelot,
the closest I get to 'my knight in shining armor'. CIYAN. |
foto-foto di Tomorrow Land,
sampe nonton ulang The Starlit Princess Waltz, demi kesempatan fangirling ke abang Flynn.
Dipikir-pikir, ke Disneyland ini emang kek makan indomie ya. Satu (hari) kurang, dua (hari) kebanyakan. Dilema.
The rest of the day kami habiskan dengan makan hotdog sambil duduk di pelataran istana. Sekalian nge-tek tempat buat nanti malem. Biar bolak-balik kehajar angin, ditahan-tahanin demi kembang api! *telen Antangin sekerdus*
Oh ya, di sini, kami ketemu fellow Indonesian yang duduk nggak jauh di depan. Roy taunya gara-gara nggak sengaja denger mereka ngobrol pake bahasa Indonesia. Ingin hati negor -apalagi anaknya gemay banget-, tapi malu.
ini dia sesama warga'e Pak Jokowi -- anaknya gemay kan? |
I'd sell my soul for the ownership of this castle |
Detik-detik menjelang mulainya pertunjukan kembang api, betis gue udah hampir kebas. Legging tipis demi jadi minimos, ngemper di lantai semen, dan suhu yang turun karena matahari menghilang bukanlah kombinasi yang baik.
Untungnya, The Spectacularly Sparkly Disney Illuminations Show emang terbukti layak ditunggu. Bener deh, Disney emang nggak pernah setengah-setengah soal kembang api. Sanking spektakulernya, gue sampe kepikiran, abisnya berapa yuta ya, semalem?
Like I once said, this is exactly the best way to end your magical day.
Langsung lupa deh tadi menggigil sampe kudu pake minyak kayu putih di tangan dan kaki biar angetan. Musik, video mapping, laser, air mancur, sampe kembang apinya ditata dengan rapih mengelilingi istana yang pada dasarnya udah cakep banget itu. Setiap bagiannya intense, terbukti tiap kali gue mikir, "Hanjeeer ini udah yang paling oke sih", eeeh ada lagi yang lebih warbyasak.
Kami nonton sampe show-nya bener-bener kelar, dengan resiko keluar dari taman berbarengan dengan puluhan juta manusia lain, karena berbarengan dengan tutupnya Disneyland. Gue udah mempersiapkan diri kalo-kalo chaos banget. Eh surprisingly, tertib dan nggak horor antrinya. Mungkin karena crowd-nya kebelah juga dengan yang masuk souvenir shop kali ya. Sementara yang jelata kayak kami mah, langsung cus pulang.
Final touch yang juga menyenangkan dari kunjungan kami hari ini: we get to say goodbye to Mickey Mouse! Jadi, di atas gate, Mickey Mouse tiba-tiba nongol untuk dadah-dadah sama pengunjung yang keluar. Simple gesture, tapi sungguh amat manis menurut gue.
Gue dan Roy disambut oleh stasiun yang udah berubah jadi lautan orang, serta kereta yang penuh sesak. Nggak kaget sih, secara ini emang resiko pulang di jam tutup. Dan untung, hotel kami deket. Cuma satu stop aja.
Lagian, I've got nothing to complain about. We just had the happiest day at the happiest place on earth. And, as if that wasn't enough, besok kami bakalan balik lagi! Ke Walt Disney Studios, tentunya. Tak sabaaaar!
Ratatouille, tunggu aku yah!
Selalu senang deh aku baca cerita beginian (beginian 😂😂), bahkan aku yang belum pernah kesana aja bacanya udah ikut senang karena berasa main disitu juga. Tapi nungguin malem malem kedinginan buat ngeliatin kembang api itu worth it banget sih ya 😍
ReplyDeleteHOREEEE! Makasih kak Presy, aku jd semangat lanjutinnya! :p
DeleteBangeeet, meski kaki tangan kebas semua dan balik-balik meriang, worth itttt! :)))
Keren Tulisannya tertata dengan rapi jadi mudah di mengerti,,salam kenal
ReplyDeleteTerima kasih, salam kenal juga ya :D
Delete