Pages

Thursday 28 May 2020

#Euroneymoon - Notre Dame & Eiffel Tower

"Hun ada yang jual crepes!"

Ternyata perut ini lagi demo minta diisi. Pas banget, selagi keluar dari pelataran Louvre, ada sebuah kios kecil yang menjajakan berbagai jenis cemilan.



Sambil makan, kami menyusuri jembatan, mengikuti panduan dari google maps.

"Ini betulan jalan kaki?"

Roy meyakinkan gue bahwa tujuan kami selanjutnya, Notre Dame, masih berada dalam area walking distance. Masalahnya, buat gue, si anak manja yang ke rumah tetangga aja pesen go-ride, jalan jauh begini tentu menyiksa raga. Mana nggak sampe-sampe. Untung cuacanya bersahabat, dan pemandangannya cantik luar biasa, sejauh mata memandang.





God this city is insanely beautiful.

Setiap sudut memancarkan aura anggun yang memanjakan mata. Susah rasanya untuk nggak 'terbius' dalam pesonanya. Sekarang gue paham, kenapa Paris merupakan salah satu pilihan teratas destinasi bulan madu. Man, this place brings out the best on ushopeless romantic.

Berhubung nggak dikejar waktu, kami bener-bener menikmati setiap langkah. Sesekali berenti buat foto-foto, nontonin street performer, atau sekedar duduk-duduk sambil ngelamun.

Sesampainya di Notre Dame, untuk kesekian kalinya gue berenti untuk menengadah, kemudian dengan khusuk mengagumi keindahan Gereja Katolik yang sudah berdiri sejak tahun 1345 ini. Meski pengetahuan gue tentang bangunan ini cuma dari film The Hunchback of Notre Dame-nya Disney, hamdalah tetep bisa catch up dengan bantuan Wikipedia. Lagi-lagi SKS, alias Sistem Kebut Semenit, alias baru browsing begitu sampe.


Kami cuma main di halamannya aja, nggak masuk ke dalem karena waktu itu tour-nya ditutup. Rada sedih nggak bisa liat rose window-nya, tapi mungkin ini cara semesta bilang gue harus balik ke sini lagi suatu saat nanti. Amin ya?

("enggaaa" -Roy)

Sebelum lanjut menuju Eiffel Tower, kami sempet mampir ke Shakespare and Company, sebuah toko buku yang cukup terkenal, dan terletak nggak jauh dari Notre Dame. Meski bukan bookworm dan sejujurnya agak claustrophobic, begitu masuk, gue langsung paham arti kata iconic yang menempel pada Shakespare and Co.



Lebih dari sekedar deretan rak, tumpukan buku-buku, dan aroma khas kertas, tempat ini terasa sangat orisinil, sederhana, dan hangat. Gue agak tertegun pas baca tulisan "Be not inhospitable to strangers lest they be angel in disguise" yang tergantung dalam bentuk spanduk di salah satu dinding. Pengingat yang sungguh manis buat gue, yang berkali-kali cursing dalam bahasa ibu (in my defense, kan mereka nggak pahaaam...) ketika dijudesin sama help desk subway dan locals pas nanya jalan.

Later on, baru tau juga ternyata tempat ini banyak berjasa dalam membantu aspiring writers and artist. Bless the owner's heart.

Puas lihat-lihat buku, kami bergerak menuju ke Eiffel Tower. Lagi-lagi jalan kaki, namun kali ini, ditemenin sama French Fries. Seems appropriate

Om-om much?

Kombinasi cuaca cerah, pemandangan indah, dan kaki yang mulai lelah, membuat kami berjalan pelan-pelan. Sesekali berenti untuk duduk-duduk di bibir sungai. Merekam dengan teliti setiap momen, seolah ogah hari ini berakhir. Ketika tenaga sudah terkumpul, kami berdiri, bergandengan tangan, dan kembali menyusuri sungai Seine.






Ain't you a sight for sore eyes?

Sekitar 10.000 langkah kemudian (I kid you not *pijit-pijit kaki*), kami sampai di pelataran Eiffel Tower.

bonjour!

Kami cuma jalan sebentar muterin kaki menara. Berhubung emang nggak berencana naik ke atas, kami kemudian nyeberang menuju taman, berniat reservasi tempat untuk nungguin sunset.

Tak kusangka ternyata view-nya jauh lebih bagus dari sini! Secara Eiffel Tower ini betul-betul raksasa ya, jadi kayaknya memang lebih indah dinikmati ketika berjarak.



Kami 'piknik' di taman, sambil ngemil classic sweet crepes. Topping-nya cuma gula pasir, tapi rasanya surprisingly enak. Kenapa nggak ada yang jual ya, di Indonesia?

Sempet video call juga sama papa mama, yang berujung lil cry karena aku kangen banget.

Oh ya, banyak juga yang wara-wiri jualan cheap champagne di sini. Pada pinter memanfaatkan peluang deh, secara sering ketemu yang proposing.

Sementara langit mulai meredup, sedih juga mulai terasa menggelayut. Ini adalah jam-jam terakhir kami di Paris. Besok siang, gue dan Roy akan kembali terbang ke tanah air. Despite all those mean people, Paris sungguhlah magis dan mempesona. It takes your breath away, again and again, literally (ketika nahan napas nyium bau pesing) and figuratively.

But the sadness is tomorrow's problem. It's probably best not gonna let it ruin the mood now.

Setelah matahari sepenuhnya terbenam, we hug each other tightly sembari menyaksikan menara Eiffel bermandikan lampu kerlap-kerlip.

Seneng juga, pemandangan cantik ini jadi penutup Euroneymoon kami.


"We made it here, ai. We survived Europe... just the two of us!"

No comments:

Post a Comment